Dalam Al-Quran, Allah SWT menegaskan pentingnya menjaga bumi dan lingkungan hidup. Ayat-ayat dalam Al-Quran menunjukkan bahwa manusia diberikan tanggung jawab untuk merawat bumi dan menjaganya dari kerusakan.
Contohnya, dalam Surat Al-A'raf ayat 56, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah teratur dengan baik, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."
Selain itu, dalam Surat Ar-Rum ayat 41, Allah SWT mengatakan, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia sendiri, supaya Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia harus bertanggung jawab menjaga bumi dan lingkungan hidup dari kerusakan. Kita harus merawat dan memelihara keindahan dan keseimbangan alam, serta menghindari perilaku yang merusak lingkungan hidup seperti pencemaran, pembalakan liar, atau penggunaan bahan kimia yang berbahaya.
Selain ayat-ayat yang telah disebutkan sebelumnya, dalam Al-Quran terdapat banyak ayat lain yang menegaskan pentingnya menjaga bumi dan lingkungan hidup. Misalnya, dalam Surat An-Nahl ayat 14, Allah SWT menyatakan bahwa Dia menciptakan bumi dengan segala keindahannya agar manusia dapat menikmatinya, namun manusia juga memiliki tanggung jawab untuk menjaganya dan tidak merusaknya.
Di sisi lain, dalam beberapa ayat Al-Quran juga dinyatakan bahwa bumi dan alam semesta diciptakan untuk kepentingan manusia, namun tetap dengan batasan dan tanggung jawab dalam menjaga kelestariannya. Sebagai contoh, dalam Surat Al-Baqarah ayat 29, Allah SWT berfirman, "Dia yang menjadikan untukmu apa yang ada di bumi semuanya dan berkehendak kepada-Nya, maka pergunakanlah nikmat Allah itu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi."
Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menjaga bumi dan lingkungan hidup adalah tanggung jawab manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia harus menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara memelihara dan merawat bumi serta menghindari perilaku yang merusak lingkungan hidup. Kita juga harus mempergunakan nikmat-nikmat yang ada di bumi dengan penuh rasa syukur dan bertanggung jawab.
Allah menghukum mereka yang mendustakan kenabian para nabi
Benar, dalam Al-Quran, Allah SWT menghukum mereka yang mendustakan kenabian para nabi. Para nabi adalah utusan Allah SWT yang diutus untuk membawa risalah dan petunjuk-Nya kepada manusia. Mereka diangkat oleh Allah SWT sebagai pemimpin dan panutan bagi umat manusia agar dapat hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada-Nya.
Ayat-ayat dalam Al-Quran menegaskan pentingnya menghormati dan mempercayai para nabi sebagai utusan Allah SWT. Sebagai contoh, dalam Surat An-Nisa ayat 136, Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, dia telah sesat sejauh-jauhnya."
Selain itu, dalam Surat Ali Imran ayat 183, Allah SWT mengingatkan kita bahwa semua nabi telah diutus untuk membawa petunjuk kepada manusia dan kita harus mempercayai mereka, "Sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu (Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan sebenarnya, maka hendaklah kamu memperhatikan apa yang diturunkan kepadamu itu, dan tidaklah kamu melampaui batas-batasnya. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya (perintah yang serupa), dan Kami berikan wahyu kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur kepada Daud."
Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menghukum mereka yang mendustakan kenabian para nabi. Manusia harus menghormati, mempercayai dan mengikuti petunjuk yang dibawa oleh para nabi sebagai utusan Allah SWT. Kita harus memahami bahwa para nabi telah diutus oleh Allah SWT untuk membimbing dan memberi petunjuk bagi manusia agar dapat hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada-Nya.
Didalam Al-Quran, Allah SWT menyatakan bahwa Dia mencintai mereka yang berbuat baik dan memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan di bumi.
Dalam banyak ayat Al-Quran, Allah SWT menegaskan pentingnya berbuat kebaikan sebagai salah satu tugas manusia di dunia ini. Sebagai contoh, dalam Surat Al-Baqarah ayat 195, Allah SWT berfirman, "Dan berbuatlah kebajikan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Selain itu, dalam Surat Al-Ahzab ayat 70-71, Allah SWT juga menegaskan bahwa orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan akan mendapat pahala yang besar, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, maka Allah akan memperbaiki amal-amal kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah beruntung yang besar."
Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan di bumi dan Dia mencintai mereka yang berbuat baik. Berbuat kebaikan adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat. Oleh karena itu, sebagai manusia yang bertanggung jawab, kita harus senantiasa berusaha untuk melakukan kebaikan dan menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Bersegera menuju kepada kampung akhirat tetapi jangan melupakan nasib di dunia
Ayat 77 dalam Surat Al-Qasas memang mengandung pesan untuk bersegera menuju kampung akhirat namun tidak melupakan nasib di dunia. Berikut adalah terjemahan ayat tersebut dalam bahasa Indonesia:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (nikmat) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengajarkan kita untuk selalu bersegera menuju kebahagiaan di akhirat, namun tidak melupakan tanggung jawab kita di dunia. Kita harus senantiasa bersyukur dan menghargai nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita di dunia ini dan berbuat baik kepada orang lain sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepada kita.
Allah SWT juga memperingatkan kita untuk tidak merusak bumi, karena hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan dan merusak lingkungan.
Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagai manusia, kita harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki dan memanfaatkan nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita di dunia ini, sambil tetap bersegera menuju kebahagiaan di akhirat. Kita harus senantiasa berbuat baik kepada orang lain dan menjaga bumi agar tetap lestari, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Allah swt menjamin keberkahan jika bertaqwa
Benar, Allah SWT dalam Al-Quran menjamin keberkahan dari langit dan bumi bagi mereka yang bertaqwa. Ayat yang menyatakan hal ini adalah ayat ke-96 dari Surat Al-A'raf, yang berbunyi:
"Dan jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berkah dari langit dan bumi."
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi akan diberikan kepada mereka yang beriman dan bertaqwa. Ini menunjukkan bahwa taqwa adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat Allah SWT di dunia ini.
Kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha menjadi hamba yang taat dan patuh kepada Allah SWT, maka kita akan mendapatkan keberkahan dan rahmat-Nya. Kita juga harus senantiasa berbuat baik kepada sesama dan menjaga lingkungan di sekitar kita agar tetap lestari, sebagai wujud kepatuhan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam Islam, keberkahan tidak hanya terkait dengan aspek material seperti harta dan kekayaan, tetapi juga meliputi aspek spiritual seperti ketenangan hati, kebahagiaan, dan keberhasilan dalam kehidupan akhirat. Oleh karena itu, taqwa dan berbuat baik adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dalam kehidupan kita di dunia dan di akhirat kelak.
Azab yang pedih bagi mereka yang menyekutukan Allah
Allah SWT dalam Al-Quran memperingatkan tentang azab yang pedih bagi mereka yang menyekutukan-Nya. Ayat yang menyatakan hal ini dapat ditemukan dalam berbagai surat dalam Al-Quran, seperti Surat An-Nisa ayat 48, Surat Al-Ma'idah ayat 72, dan Surat Al-An'am ayat 88.
Berikut adalah terjemahan ayat-ayat tersebut dalam bahasa Indonesia:
Surat An-Nisa ayat 48:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan Dia akan mengampuni dosa selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
Surat Al-Ma'idah ayat 72:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyekutukan Allah, pasti Allah mengharamkan surga bagi mereka, dan tempat mereka ialah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."
Surat Al-An'am ayat 88:
"Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat (Al-Quran) itu supaya jelas jalan (yang benar) bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Dan orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, niscaya amalannya menjadi sia-sia dan mereka menjadi orang-orang yang rugi."
Dari ayat-ayat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa menyekutukan Allah SWT adalah dosa yang sangat besar dan tidak akan diampuni. Mereka yang mempersekutukan Allah akan mengalami azab yang pedih di akhirat kelak, seperti dijauhkan dari surga dan masuk ke dalam neraka.
Namun, Allah SWT memberikan kesempatan bagi mereka yang berbalik kepada-Nya dengan taubat dan memperbaiki perbuatan mereka. Taubat yang dilakukan dengan ikhlas dapat menghapus dosa-dosa masa lalu dan membuka pintu keampunan Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah, kita harus senantiasa berusaha untuk menghindari perbuatan yang dapat menyekutukan-Nya dan selalu mengikuti ajaran-Nya dengan taat dan ikhlas.
Jayalah kita semua.