Penulis masih kecil sekali pada saat diajar gurunya waktu di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tanjung Baru Air Nipis Bengkulu Selatan. Dia hanya ingat nama gurunya kala itu adalah Wanit, Sipin dan Hazairin. Sedangkan kelas 2 adalah Miri Eksan.
Di kelas I penulis mendengarkan guru yang mengajar dengan membaca kitab. Salah satunya adalah tentang tauhid. Yang sedikit ingat adalah sifat wajib Allah, Sifat Mustahil-Nya. Kemudian sifat 20.
Terlalu kecil
Penulis masuk sekolah umur 6 tahun, kepala selalu dicukur dan tidak pakai sandal dan sepatu. Semua murid begitu.
Dikelas I tidak ada buku catatan. Menulis pakai grip dan batu tulis. Sudah ditulis dihapus dengan tumbuhan "pacing" yang banyak mengandung air. Banyak dijumpai di pinggir dusun dan sawah.
Guru mengajar di papan tulis hitam dan menulis dengan kapur tulis. Pekerjaan rumah ditulis di papan tulis.
Guru membaca murid mendengar
Di gedung beratap daun serdang kami para murid masuk bergantian. Guru A memegang kelas 1 dan 4, Guru B kelas 6, Guru C kelas 2 dan 3, guru D kelas 5.
Ruangan kelas kala itu berlantaikan tanah dan murid yang piket membersihkan kelas. Mereka wajib datang awal. Sesudah disapu disiram dengan air. Air diambil dari saluran irigasi di bagian bawah sekolah dengan potongan bambu yang disebut gerguk.
Mendengar, membaca, berhitung
Sejumlah metode belajar mengajar diterapkan guru pada awal sekolah kami. Gutu membaca murid mendengar. Ada juga murid menulis di papan tulis. Atau ada juga murid berdiri di depan kelas untuk bernyanyi atau menghafalkan hitungan terutama perkalian 1 sampaii 10.
Guru penulis itu bernma Mir Iksan meminta penulis sewaktu masih kelas 2 membacakan perkalian 5 di depan kelas 5. Penulis juga pernah diminta menulis di papan tulis yang berada depan kelas. Ini ternyata berpengaruh kepada membaiknya keberanian penulis untuk berada di depan kelas.
Latihan seperti itu rupanya diperlukan bagi penulis yang selanjutnya menjadi guru di SMEA Muhammadiyah Palembang, SPMA dan nantinya jadi asisten dosen dan dosen. Penulis menjadi terbiasa termasuk sebagai modal sekolah di LN terutama sewaktu belajar di negeri Pangeran yang kini jadi Raja Charles 3.
Selalulah mengingat Allah
Penulis selalu menjalani hidup yang beronak, berduri, berliku, berjurang, sulit, susah, penuh suasana haru dan air mata. Berasal dari keluarga yang hidup keras, tapi penuh cinta dan kasih sayang, penulis penuh semangat untuk maju ke depan.
Walau harus kena cemooh orang karena beda pakaian, uang terbatas dan pakaian tak sama dengan teman tetapi kaya semangat untuk berdiiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Jika orang cerita kekayaan penulis diam saja. Cerita famili dan keluarga terpelajar diam saja. Dalam hati tertancap cita-cita yang tinggi setinggi langit untuk mencapai bintang. Maka ingat kepada Allah atau zikrullah merupakan hayalan dan kondisi di mana penulis ingat dengan Allah pada semua keadaan. Itulah modal utama penulis sehingga terhindar dari minder dari siapapun. Alhamdulillah.
Menginginkan bahagia di dunia dan akhirat adalah mimpi terbesar penulis serta mati masuk surga. Ya Allah terima kasih atas semua anugerahMu, salam dan selamat tolong Kau sampaikan kepada kekasihMu, junjungan kami, nabi kamu, Muhammad saw, keluarga dan pengikutnya semua sampai hari kiamat.
Semua adalah taqdir Allah.
Jayalah kita semua.