Hari itu adalah hari yang biasa di negara dunia ketiga, langit yang masih tegak lurus di horizon, udara yang masih bersahabat, dan bumi yang masih mengorbit dengan dinamis pada orbitnya. Namun yang sedikit berbeda saat itu adalah atmosfernya, infeksi partikel pemilu yang dihembuskan saat itu telah menimbulkan efek berbeda bagi sekelompok homo sapiens yang daerahnya terpapar untuk memunculkan pilihan-pilihan dilematis, sekalipun di antara pilihan-pilihan tersebut adalah hal yang tidak realistis. Namun begitulah politik, pilihan-pilihan yang tidak realistis pun dapat disulap menjadi karangan bunga yang indah. Di tengah invasi partikel tersebut, Dani, seorang homo sapiens muda yang baru saja menerima Kartu Tanda Penduduknya, sedang bersiap-siap untuk mencicipi pengalaman menghirup partikel pemilu untuk pertama kalinya. Dani hanyalah anak biasa, molekul-molekul di tubuhnya membentuknya menjadi anak muda zaman sekarang. Kepalanya berparadigma bahwa kesenangan nomer satu dan bangsa adalah nomer sekian, politik pun hanya dikenalnya melalui media-media yang telah berpolusi. Singkat kata, Dani buta tentang apa yang akan segera dialaminya.
KEMBALI KE ARTIKEL