Perjalanan yang akan dilalui tidaklah mudah, di dalam goa yang gelap dan terjal penuh dengan bahaya dari setiap sudutnya. Mereka harus berusaha untuk menemukan dan membawa pulang sebuah permata untuk diserahkan kepada Sang Guru sebagai bakti kepada sang Guru.
"Darma, kita berdua percaya sama dirimu untuk memimpin menuju goa" ucap Durmaka serta ditimpali Desna "Benar, kamu yang kita percaya"
"Baik, aku akan menjaga kepercayaan yang kalian berikan. Sekarang kita siapkan perlengkapannya. Kalian juga tetap mencari cara terbaik agar misi ini berhasil"
"Iya, mari kita menuju ke goa" kata Durmaka bergegas menuju ke goa.
Sesampai di mulut goa, Durmaka mulai melangkah mundur ke belakang. Sementara Darma mulai melangkah lima langkah jauh ke depan dibandingkan kedua temannya itu. "Kamu kenapa Durmaka?" tanya Desna sambil menepuk punggung Durmaka.
"Aku takut, ternyata goa itu tak seperti bayanganku. Seram dan gelap juga. Biarin saja Darma yang kesana dulu"
"Kita juga harus ikut, karena ini tugas kita bertiga"
"Tidak, aku cukup disini meliatnya"
"Yaudah, aku ke depan ikut Darma"
Sementara Durmaka ada di belakang, Desna semakin cepat melangkah ke depan hingga sampai tepat berada di belakang Darma meski dia juga tak berani mendahuluinya karena dia juga merasakan ketakutan melihat goa itu.
"Gimana cara kita masuknya, gelap sekali ini Darma" kata Desna dengan wajah yang cemas.
"Kamu tidak perlu takut, kita nyalakan obor nanti kita cari jalan masuknya" ucap Darma meyakinkan.
"Durmaka mana?"
"Dia ada jauh dibelakang"
"Ooo...ya biarkan saja. Nanti kita panggil"
Keduanya kemudian menyalakan obor, dan meraba bebatuan untuk melihat dan mulai mencari jalan masuk ke goa. Setelah sampai sekitar lima meter masuk ke mulut goa ahirnya mereka menemukan lubang jalan masuk yang ukurannya hanya seukuran satu tubuh manusia dewasa. Melihat lubang pintu masuk itu, Darma menyuruh Desna memanggil Durmaka untuk bersama masuk ke dalam goa.
"Wah, ternyata ini jalan masuknya. Kenapa ndak dari tadi aku yang jalan duluan ya" kata Durmaka girang.
"Perasaan dari tadi kamu diam saja di luar" kata Desna sinis.
Darma kemudian mendekati keduanya. "Sudah jangan berdebat. Kita bertiga masuk saja sekarang".
Belum habis kata-kata Darma, Durmaka langsung menyahut. "Sepertinya kita harus mencari cara menemukan permata itu. Aku yang duluan sekarang mencarinya. Sini ikut dengan ku kalian berdua".
Sementara Desna kesal ulah Durmaka, dan menimpali,
"Kamu ini tadi saat mencari pintu masuk ada di luar, giliran sudah di dalam semangat sekali".
"Sudahlah, kita ikuti saja dia" jawab Darma pelan menepuk pundak dan menengkan Desna.
"Gluar....!!!"
"Grguggg...druuugggg...."
Suara gemuruh menghentak langit-langit goa, sontak mereka bertiga mencari tempat yang aman, agar terhindar dari reruntuhan langit-langit goa.
Durmika melompat dan lari menuju ke belakang, membuntuti Darma. Sementara Desna mulai kesal dengan ulah Durmika. "Tadi kamu bilang duluan, sekarang kamu malah lari ke belakang lagi"
"Seram sekali ternyata"
"Aku kira kamu benar-benar berani"
Suara-suara gemuruh saling bersahut dan tetap berbunyi memekik ditelinga mereka bertiga. Raut wajah ketakutan tetap menghinggapi terutama Durmika yang menguntit perjalanan Darma dan Desna dari belakang.
Banyak rintangan yang mereka alami di dalam goa, berkat ketekunan dan kesabaran Darma dan Desna semua ujian di dalam gua itu bisa diatasi hingga menjelang sore nampak cahaya berkelip muncul di atas bebatuan. Perlahan Darma mulai mendekatinya, hingga tanggannya meraih permata yang berkilau berkedip.
"Itu mutiaranya, akhirnya terimakasih Tuhan" ucap Durmika teriak lantang.
Desna mulai agak risih dengan kelakuan Durmika, "Kamu bisa tenang kan?"
"Akhirnya selesai tugas kita" ucap Durmika kegirangan.
Matahari sudah mulai terbenam, mereka bertiga bergegas menuju ke luar untuk kembali ke pedepokan membawa permata yang ditugaskan gurunya.
"Aku bawa permatanya" kata Durmika pada Darma
Sontak Desna langsung menyahut, "Gak, tetap Darma yang kasi bawa"
Durmika langsung merampas kain berisi permata yang dibawa Darma, dan berlari bergegas menuju padepokan.
"Kamu kenapa biarkan dia membawa permata itu?, Nanti dia yang akan mengakui hasil susah payah kita" kata Desna kesal melihat kelakuan Durmika.
"Biarkan saja"
"Tapi?"
"Biarkan saja, semesta tidak pernah tidur, biarkan"
"Tapi?"
"Ayo jalan ke padepokan kita lekas bertemu guru, pasti beliau sudah menunggu kita"
Sesampai di Padepokan, Darma dan Desna bergegas menuju tempat gurunya memberi salam, "Salam hormat guru, permatanya sudah kami dapatkan dan dibawa Durmika"
Sang Guru tersenyum, "permata sudah diserahkan Durmika sudah aku hadiahkan kepadanya"
Desna heran dan kesal, "kenapa dia yang diberikan?, Darma yang mengambil permata itu di dalam goa"
"Apalah arti sebuah permata" kata Sang Guru nampak tersenyum mendengar kata-kata Desna. Sementara Desna semakin tak mengerti dengan sikap Sang Gurunya itu.
"Maksudnya apa guru?, Kenapa bisa begitu? tanya Desna meyakinkan rasa penasarannya.
"Permata hanyalah permata dan tidak lebih dari itu. Aku tau tentang apa yang terjadi diantara perjalanan kalian karena aku juga ada di dalam goa dan menguji kalian semua disana" jelas Sang Guru sambil mengusap kepala Desna.
"Apa yang harus kami ketahui dari semua ini guru?" tanya Darma merunduk pada gurunya. Sang Guru mulai mendekati Darma dan membangunkannya, "Permata takkan ada artinya dibandingkan dengan ketulusan, kejujuran dan bakti. Apa gunanya semua itu jika di dalam dirimu tidak bisa kamu bersihkan."
Dengan lembut gurunya mengusap-usap rambut Darma, "Jika kamu ingin mendapatkan permata dan memilikinya kamu hanya akan memiliki permata itu. Tapi jika kamu mengasah kejujuran, kesabaran dan semangat kamu akan mendapatkan kepercayaan".
"Apa yang bisa aku ketahui dari sebuah kepercayaan, Guru?" tanya Darma membuka rasa keingintahuannya.
"Kepercayaan adalah hasil dari apa yang kamu lakukan, satu permata hilang untukmu ada ribuan permata akan menantimu karena kepercayaan itu yang kamu tumbuhkan" kata Sang Guru memberi kesadaran pada Darma dan Desna.
"Aku mengerti guru, terimaksih atas semua ini" kata Darma lirih.
"Kalian harus tau, yang abadi itu kepercayaan. Dengan kepercayaan kamu akan menemukan kepercayaan lainnya. Ini adalah ujian untuk kalian dan telah kalian lalui. Kalian tidak akan aku beri permata, tapi ilmu yang takkan ada habisnya untuk dipelajari dan dipahami sehingga itu akan jauh bernilai dari hanya sekedar permata".