Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Cakrawala di Ujung Senja

2 Februari 2012   19:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:08 295 0
Ketika itu senja berarak lembut, dingin dan diam Lihat diujung langit terurai semburat cahaya rindu Nur itu bergumul dipelukan cumolunimbus di tepi tenggara Aneh Bukan ? Coba engkau lihat di Riak air yang bergulung lembut dibawah Ribuan titik hujaman hujan bertumbuh linear Melingkar menjentik buritan Kapal yang berlari mengejar waktu. Lihat ! dibarat Nur Rindu Itu Masih belum tercacah Habis padahal bintang-bintang yang indahnya seperti cahaya Mata MU itu muncul dengan rona malu-malu :) Aneh Bukan ? Angin begitu tenang...nun diutara bergentar gemuruh petir dan badai Menghela setiap keresahan hati manusia mungkin juga hati kita Cakrawala, begitu luasnya... Barat,Tenggara, Utara, Timur dan Selatan berputar dimensi yang berbeda Ada cahaya senja, ada rintik hujan, ada gemuruh badai, ada opera bintang Semua berdialektika dalam satu iota waktu yang sama...di senja yang dingin di Cakrawala. Sadarlah, semua dilukiskan tepat diwajah kita yang bersembab embun diatas menara ini. Hati, berbanding Cakrawala.... Ada Ruang bagi setiap "Ada dan keadaan" , Cinta, Bahagia,rindu, Kecewa,Derita, kebencian, amarah, dendam dan keputusasaan. Dan Lihatlah aku, dirimu mengalaminya diatas menara...menara hati. Saat senja berlarut menjadi malam dan engkau berputar diatas tangga jiwa Menara hati ini runtuh ... Beringsut direruntuhan cahaya yang tenggelam dilembutnya air danau Semakin gelap...semakin berat... Akhirnya disemburat Nur Rindu Yang terakhir itu Bibir ini Bergetar " Maafkan Aku".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun