Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

ITS, Apa Salah dan Dosa Kami?

27 Mei 2012   16:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 2641 2

Di tengah hingar bingarnya pengumuman kelulusan Unas, sore harinya menyusul pengumuman bagi calon mahasiswa yang diterima di PTN jalur undangan. Saya, teman-teman guru,dan anak-anak didik di sekolah kami—SMKN 3 Boyolangu,Tulungagung—tentu juga ikut menantikan kedua pengumuman tersebut. Sebagai guru, tentunya saya tidak sekedar menginginkan anak-anak didik saya lulus 100% begitu saja, tetapi senyampang saya masih bisa berbuat sesuatu untuk mereka (apalagi mayoritas dari kalangan tidak mampu), guru benar-benar harus bisa berperan pula mewakili orang tua siswa, tak terkecuali saya. Saya selalu terusik, tidak tega bila hanya melepaskan mereka tanpa arah yang pasti, apalagi bila mereka anak yang berbudi pekerti, berprestasi, dan orang tuanya tidak mampu atau bahkan (maaf) tak sedikit yang berasal dari keluarga broken home. Saya ingin mengantar mereka sampai di pintu gerbang masa depannya; setelah lulus mau dikemanakankah mereka itu? Tentunya mereka juga membutuhkan bimbingan, arahan, dan masukan dari para guru karena mayoritas orang tua mereka tidak mempunyai lagi kesempatan untuk memikirkan nasib putranya karena pada umumnya berprofesi sebagai petani kecil, pedagang, buruh atau menjadi TKI di luar negeri, sehingga waktu mereka lebih habis dipakai untuk mencari nafkah untuk keluarga. Hal seperti ini mungkin tidak dialami oleh guru-guru sekaligus anak-anak yang bersekolah di SMA favorit, terutama di kota kami, karena orang tua mereka mayoritas sudah memikirkan nasib putra putrinya sejak memilih masuk SMA—jurusan apa, setelah lulus melanjutkan kemana—karena pada umumnya orang tua mereka cukup mampu secara ekonomi dan berpendidikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun