Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Harmonisnya SBY-Jokowi…(Suksesi Indonesia pertama yang penuh senyum…)

24 Agustus 2014   17:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:42 198 1

Mari melihat pilpres kali ini dari perspektif presiden baru dan presiden lama, dari keharmonisan hubungan SBY dan Jokowi serta Budiono dan JK.  Sebuah kesejukan yang luar biasa yang mampu mengalihkan panasnya protesnya pihak yang satunya lagi.  Berita terakhir di Kompas bahkan akan ada pertemuan antara SBY dan Jokowi untuk membahas masa transisi.


Kilas balik sejak NKRI berdiri, suksesi dari Soekarno ke Soeharto berjalan seolah tanpa ada koordinasi, bahkan seperti permusuhan abadi 2 keluarga.  Suksesi Soeharto ke Habibie meninggalkan luka serius pada satu pihak hingga seolah tak ada tegur sapa sampai Pak Harto meninggal dunia.  Suksesi Habibie ke Abdurrahman Wahid juga tak terlalu terkoordinasi meski mungkin tak ada masalah pribadi.  Serah terima jabatan dari Gus Dur ke Megawati juga tak seindah hubungan bak kakak adik  keduanya.  Apalagi suksesi dari Megawati ke SBY, sepuluh tahun tak cukup untuk mengobati luka hati ketua umum PDIP itu.

Namun kali ini, suasana lain terasa secara nyata.  Keindahan hubungan SBY-Jkw menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap keberlangsungan negeri ini.  Saya termasuk yang tidak setuju dengan berita di media tentang anggapan SBY ingin “ngrecoki” Jokowi, karena pada dasarnya negeri ini adalah tanggung jawab bersama, pembangunan harus berjalan berkesinambungan dan terarah, siapapun presidennya karena NKRI adalah milik kita.
Saya bukan pengagum SBY, tidak pernah memilih SBY dalam 2 kali pilpres, namun kali ini saya cukup salut dengan langkah SBY yang memang luar biasa.  Entah itu pencitraan atau bukan, namun langkahnya adalah sebuah kebijaksanaan.  Siapapun yang jadi presiden harus kita bantu untuk menghebatkan negeri ini. Di luar konteks koalisi partai di DPR yang mungkin masih terhambat hubungan SBY-Megawati, harus kita maknai niat baik keduanya memang untuk Indonesia.



Mungkin banyak yang berpikir langkah SBY adalah untuk mencari keamanan atau keuntungan pribadi, berpijak pada keputusan Demokrat netral atau bermain dengan dua kaki saat pilpres kemaren.  Meskipun pada akhirnya di tikungan terakhir menyatakan mendukung No.1 tetapi beberapa orang  politisi Demokrat mendukung No. 2.  Langkah yang cantik dari partai yang baru terpuruk karena banyaknya kader yang tertangkap korupsi.  SBY memang luar biasa…dan kali ini saya menganggapnya sebagai negarawan sejati.  Dan hal itu bisa terjadi karena Jokowi juga luar biasa, selalu menunjukkan kesederhanaan dan kesahajaannya tanpa dendam dan kesombongan.  Kita masih ingatkan bagaimana Jokowi menghormati Bibit Waluyo meski telah menghinanya berkali-laki?!

Atau jika kita melihat sisi SBY dan JK, membayangkan keduanya memang seolah luar biasa.  Dari partner kerja menjadi rival dan kemudian menjadi kawan lagi.  Sebenarnya begitulah seharusnya politik, sekedar alat untuk membangun bangsa dan bukan untuk menguasai negara.  Tak boleh ada dendam pribadi apalagi sampai harus memecah belah negeri dan rakyat.  Presiden atau yang lain hanyalah giliran dan jatah bagi yang “ketiban sampur” untuk menghabiskan energi memikirkan bangsa, dan bagi yang tidak terpilih malah bisa berbahagia karena tak ada beban berat yang harus dipikul.  Ketika kemaren Hatta Rajasa juga mengajak pendukung dan simpatisan PAN menghormati keputusan MK, maka itu juga adalah sinyal perdamaian sudah tiba.  Saya yakin, dalam hal ini SBY juga menjadi faktor X keputusan Hatta Rajasa yang juga besannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun