Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pengoptimalisasian Fungsi Keluarga dan Fungsi Produktivitasnya Sebagai Langkah Kreatif dalam Rangka Mencegah Terjadinya Bonus Demografi dan Terwujudnya Masyarakat yang Cerdas Melalui Pendidikan

9 Oktober 2014   03:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:48 66 0

Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia seolah-olah mendewakan sekolah, sehingga tidak jarang para orang tua yang memasrahkan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, sehingga keluarga sekarang ini banyak yang telah kehilangan fungsinya sebagai keluarga dan fungsi produktivitasnya pada perkembangan anak, padahal keluarga merupakan tempat pertama yang intens dalam mendidik seorang anak, dan jarang juga orang tua yang memikirkan bagaimana kehidupan anaknya kelak sehingga sering kali orang-orang yang ada di desa-desa dimana pendidikannya yang mayoritas kurang anaknya banyak sehingga muncul suatu anggapan bahwa “banyak anak, banyak rezeki”. Selain itu semua sekarang mulai menjadi sebuah ironi bahwa sekolah-sekolah saat ini seperti pada pabrik yang mempunyai suatu standrat bagi para pelajar seperti contoh ketika ada suatu anak yang berbeda dari yang lain, seperti mencintai music, melukis, atau yang lain maka dianggap salah dan dikucilkan oleh teman-temannya bahkan oleh gurunya serta lingkungan sekolah sehingga yang awalnya anak tersebut beragam ide, bakat minat dan yang lain malah menjadi sesuatu yang seragam. Saat ini, pendidikan Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tetapi yang sangat disayangkan rata-rata sekolah yang ada di Indonesia saat ini mengikuti program yang ada di Inggris dan juga dari Belanda yang menanamkan nilai-nilainya saat menjajah Indonesia, dan sistem inilah yang mulai menggusur sistem pendidikan yang pernah ada di Indonesia yaitu sistem pendidikan pondok pesantren, padahal sistem pendidikan ponpes sudah sangat baik dimana tidak membatasi bakat dan minat pelajar, sehingga mereka bebas mengembangkan kreativitasnya tanpa ada mengukung perkembangan seorang anak. Ketika para kolonial atau orang asing mulai menjajah dan menguasai negeri ini, mereka mulai mengembangkan mindset bahwa pendidikan di pondok pesantren itu kuno, tertinggal, jorok dan hal-hal negatif lainnya, dan ini terus ditanamkan oleh pihak asing di Indonesia hingga saat ini, dan ditekankan pula bahwa mindset yang menyatakan bahwa orang yang mendidik itu harus punya gelar guru, sehingga para orang tua kebanyakan acuh tak acuh pada pendidikan anaknya, sehingga ketika anaknya bertingkah laku jelek, maka dengan mudahnya orang tua sering berkata, “melakukan apa saja disekolah, apa gak pernah diajari oleh sekolah, dan yang lain sebagaiya”, padahal orang lain atau masyarakat pada umumnya menilai seorang anak adalah akibat dari didikan orang tua, sehingga muncul suatu semboyan atau parikan dari orang-orang jawa dahulu yaitu “anak polah, bapak kepradah (semua kegiatan yang dilakukan anaknya, pasti memberikan dampak bagi orang tuanya baik secara langsung atau tidak).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun