25 April 2015 09:19Diperbarui: 17 Juni 2015 07:421961
Apa yang ada dibenakmu, saat kamu mendengar atau membaca tentang MALARIA? Penyakit yang biasa-biasa saja? Penyakit yang mungkin sering terjadi di lingkunganmu? Atau bahkan karena sering terjadi, jadi ada yang menganggap bahwa malaria tidak terlalu penting untuk diperhatikan? Apa pun alasanmu, malaria ya malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium, dan ditularkan oleh nyamuk anopheles betina. Penting: BISA MENGAKIBATKAN KEMATIAN!Untuk lebih jelasnya, silahkan klik link ini:http://www.who.int/topics/malaria/en/Pertanyaan berikutnya, lalu apa hubungannya dengan rumah adat Sumba? Hhhhmmmmm… Semua orang Sumba termasuk saya, sangat bangga dengan rumah adat warisan leluhur itu. Bentuknya yang unik, belum lagi fungsi-fungsinya. Ya, siapa saja yang melihat pasti akan kagum dengan rumah berbentuk panggung dan beratapkan menara yang tinggi itu. Namun, tahukah kamu bahwa salah satu fungsi (dari tiga fungsi utama) rumah adat sumba, keberadaannya sangat dekat/lekat dengan kejadian Malaria? Ya, salah satu fungsi rumah adat Sumba sebagai kandang ternak, membuat orang-orang yang tinggal di dalamnya sangat mungkin untuk terjangkit Malaria.Mengapa demikian? Nyamuk Anopheles sebagai penular/vektor penyakit malaria memiliki habitat (breeding place) di air tergenang yang bersentuhan langsung dengan tanah. Bayangkan jika di bawah rumah panggung itu, terdapat kandang; kerbau, babi, sapi, dan kuda yang dikandangkan; makan, minum, bahkan membuang kotoran di situ. Singkat cerita, hasil dari aktivitas ternak-ternak ini, mengakibatkan genangan bahkan kubangan air, dan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sebagai vektor Malaria. Belum lagi kondisi lantai, dinding, jendela, dan pintu dari rumah adat Sumba yang sangat terbuka, mengakibatkan nyamuk Anopheles bisa dengan sangat mudah untuk masuk ke dalam rumah dan menggigit orang yang tinggal di dalamnya. Ditambah lagi dengan jenis nyamuk anopheles yang berkembangbiak di Sumba pada umumnya bersifat antropofilik (lebih suka menghisap darah manusia dibandingkan hewan).http://kamuskesehatan.com/arti/antropofilik/Gambar di atas menunjukkan beberapa kondisi rumah adat Sumba yang memungkinkan bagi penghuni di dalamnya terjangkit Malaria. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Mengubah bentuknya? Tidak! Menghilangkan fungsinya? Tidak semudah membalikkan telapak tangan! Berputus asa? Jangan pernah terpikirkan! Hal yang bisa kita lakukan adalah selain membersihkan lingkungan rumah kita, mengajak tetangga dan orang sekampung kita untuk melakukannya, kita juga bisa melakukan hal lain, yakni dengan memodifikasi rumah adat Sumba agar bisa terproteksi oleh gigitan nyamuk Anopheles sebagai penular malaria. Tentunya sangat murah (tak semahal rokok:http://www.umy.ac.id/anggaran-untuk-rokok-lebih-tinggi-dibanding-untuk-pendidikan-dan-kesehatan.html), dan sangat mudah untuk dilakukan.Saya merancang ide ini (bagaimana memodifikasi rumah adat Sumba) dengan meminta bantuan arsitek, kakak saya sendiri (https://www.facebook.com/oemboetayi?fref=ts).Hal-hal apa saja yang bisa dilakukan?1.Kemiringan lantai kandangHal yang pertama yang bisa dilakukan adalah mendesain lantai kandang dengan kemiringan tertentu. Ini dimaksudkan agar genangan air bisa dialirkan, dan mudah untuk membersihkan berbagai sampah hasil aktivitas ternak di kandang.2. Membuat dinding rumah menjadi rapatSalah satu hal yang memudahkah masuknya nyamuk ke dalam rumah adat Sumba, yakni karena dindingnya yang tidak rapat. Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut terjadi, hal yang harus dilakukan adalah mendesain dinding rumah tersebut serapat mungkin.3.Memberikan kassa pada jendela dan pintuAlasan mengapa rumah adat Sumba memiliki bukaan yang banyak, yakni untuk memberi akses angin ke dalam rumah, sehingga penghuninya tidak kepanasan. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa dinding dan lantai rumah yang umumnya terbuat dari papan/bambu, didesain tidak rapat. Saya mengusulkan agar dindingnya dirapatkan, tapi di sisi lain kita dapat membuat bukaan-bukaan yang banyak, seperti jendela, namun diberi kassa, sehingga bisa ada akses untuk angin, tapi tidak untuk nyamuk. Lagi-lagi, harga kassa tidak semahal anggaran rokok, kok! :) 4.Tidak terdapat spasi antara dinding dan atapHal terakhir yang bisa dimodifikasi adalah dengan tidak memberikan celah antara dinding dan atap, seperti halnya pada rumah adat Sumba umumnya. Dengan demikian, nyamuk Anopheles sebagai vektor Malaria tidak memiliki akses ke dalam rumah dan mengigit penghuninya.Penutup: Mari memulai sesuatu yang besar dari hal yang kecil. Kalau bukan kita, siapa lagi? Masih inginkah kita melihat orang Sumba terkena Malaria pada periode 2015-2025? (http://www.rbm.who.int/gmap/2-3.html). Mari dukung poin penting dari Millenium Development Goals (MDGs) dalam upaya pemberantasan Malaria, disamping HIV/AIDS dan TB. (http://www.undp.org/content/undp/en/home/mdgoverview.html?)SALAM SEHAT! Sumber: http://sumba-community.weebly.com/artikel/malaria-vs-rumah-adat-sumbaKontributor:Chandra Umbu Reku Landuwulang
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.