Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Kecelakaan Dul: Peringatan untuk Seluruh Orang Tua

10 September 2013   07:09 Diperbarui: 20 Desember 2016   07:41 699 2

Seluruh masyarakat Indonesia sekarang sedang dihebohkan kasus kecelakaan yang menimpa anak musisi terkenal Ahmad Dani. Putra ke 3 Ahmad Dani hasil pernikahannya dengan penyanyi cantik Maia Estianti ini mengalami kecelakaan di KM 8 tol Jagorawi pada tengah malam sabtu lalu dan mengakibatkan 6 nyawa melayang. Dan sampai sekarang beritanya terus dibahas oleh banyak pihak dari berbagai sisi dan akhirnya menurut saya sudah terlalu banyak orang berkomentar dan beropini buruk yang tidak semestinya terutama melalui dunia maya.

Termasuk saya sendiri sekarang yang juga akan beropini tapi dari sisi seorang perempuan yang sudah memiliki satu putri yang juga seorang manusia biasa yang pernah melakukan kesalahan serupa sebagai orang tua dan juga sering melihat berbagai kondisi serupa dalam keseharian.

Dari banyak opini dan komentar yang beredar sebenarnya saya sangat menyoroti pendapat yang membawa-bawa kasus perceraian Ahmad Dani dan Maia hingga akhirnya pendapat itu merembet pada pendapat bahwa akibat dari perceraian itu menimbulkan pola asuh yang salah, kegagalan orang tua (Dani) mendidik anak dan lain-lain. Heloooo...sudah sempurnakah anda sebagai orang tua? Sehingga berhak menghakimi orang lain atas kehidupan pribadinya?

Pentingnya mengungkit kondisi ini? Dan menyalahkan bahwa salah satu penyebab kecelakaan ini adalah perceraian itu? Yakinkah anda yang berpendapat demikian, jika percarain itu tak terjadi maka kecelakaan ini juga tak terjadi sekarang? Begitu juga soal hadiah mobil mewah, bagi yang sudah menonton infotainment 2 minggu yang lalu dan melihat hadiah ini di berikan Dani untuk Dul, kenapa tidak membuat opini saat itu? Bahwa itu salah? Haruskah setelah setelah kejadian ini baru semua berteriak menyalahkan pemberian tersebut?

Bukankah lebih baik para orang tua menjadikan ini pelajaran, bahwa sebagai orang tua kita harus mulai membenahi diri bahwa inilah tantangan menjadi orang tua jaman sekarang. Godaan hidup hedon itu berat, pengaruh lingkungan terkadang sangat kuat dibanding keluarga sendiri,  ditambah dengan kasih sayang orang tua yang tanpa batas dan selalu ingin membahagiakan anak-nakanya, maka tantangan ini semakin berat. Intropeksilah, apa iya sebagai orang tua kita tak pernah melakukan hal serupa seperti Dani? Memberikan anak hadiah yang belum layak diterima anak?


Bagi yang rumah tangganya harmonis, maka mayoritas dengan mudah akan mencela, padahal pernahkah mereka merasakan apa yang dirasakan Maia dan Dani saat memutuskan bercerai? Tidak!!! Terkadang mengucapkan sesuatu itu mudah karena hanya teori, tapi jika kita sendiri merasakan dan menjalani belum tentu bisa sempurna seperti teori yang kita lontarkan untuk orang.


Saya saat ini memiliki rumah tangga yang harmonis dan tentram, tapi saya sudah melihat sendiri bagaimana seseorang mengalami tekanan batin dan masuk pada tingkat depresi karena mempertahankan rumah tangganya yang tidak harmonis tapi bertahan dengan alasan anak. Hingga membuatnya harus berkali-kali masuk rumah sakit. Apakah hal demikian itu yang dianggap cocok juga untuk sebuah rumah tangga (Dani dan Maia) yang layak untuk anak (Dul)?

Saya yakin tidak ada orang menikah untuk suatu hari nanti berencana bercerai. Tapi jalan hidup kedepan siapa yang tahu. Hingga akhirnya membuat orang memutuskan jalan terjal dalam salah satu episode hidupnya yaitu perceraian.

Begitu juga soal pemberian hadiah, orang tua mana yang sesekali waktu tidak tertarik untuk memberi anaknya hadiah mewah dan berharga? Terkadang memberi hadiah anak sesuatu yang diinginkannya dan melihat wajah anak sumringah menerimanya adalah kebahagiaan yang tak akan pernah terlukiskan dengan kata-kata. Meski kita sadar atau tidak apa yang kita beri beresiko tapi karena merasa mampu maka sebagian orang tua akan berpikir "Tidak ada salahnya sesekali..." dengan berbagai pertimbangan dan alasan pembenaran karena orang tua hanyalah manusia biasa yang juga bisa lemah saat mendengar rengekan manja anaknya seteguh apapun si orang tua. Saya sendiri pernah mengalaminya. Padahal saya tergolong galak dan tegas.


Begitu juga soal keluyuran malam. Pada saat tertentu orang tua juga memiliki urusan sendiri yang harus diselesaikan sehingga LUPA sebentar pada urusan anaknya. Orang tua mana di dunia yang tidak pernah lupa? Saya akan sembah dia. Bahkan dari berita-berita tersebut kita juga tahu, malam itu Judika dan Duma Riris menikah dan saya YAKIN Ahmad Dani sedang menghadirinya sehingga lupa untuk SEMENTARA pada anaknya.

Soal keluyuran malam, percayalah Dul bukan satu-satunya kejadian yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Bahkan keponakan saya sendiri adalah salah satu "pelaku" tersebut. Dan apakah kakak saya mengijinkan? TIDAK!!! Tapi ada pada saat tertentu seorang anak karena pengaruh lingkungan berubah menjadi pemberontak kecil. Dan pada saat itu, apa iya sebagai orang tua kita harus merantai tangan dan kakinya, agar saat kita sedang lupa dan mengurus hal lain tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan?

Jadi jangan pernah berpikir orang tua adalah malaikat sempurna yang terus bisa berlaku sempurna karena tuntutan orang tua adalah guru bagi anak-anaknya. Bahkan kita pasti pernah mendengar anak broken home sukses dan anak pemuka agama terlibat kasus dan skandal negatif. Hal itu adalah contoh nyata kehidupan bahwa tidak ada yang sempurna. Tapi tetap ada jalan untuk menutupi ketidak sempurnaan tersebut.


Yang ada dan terbaik adalah semua saling belajar intropeksi diri untuk belajar menjadi yang terbaik menjadi orang tua. Ingat, teori itu mudah tapi penerapan di lapangan itu adalah realita yang kadang tidak bisa selalu sesuai dengan keinginan kita.


Percayalah, pada dasarnya semua orang tua itu memiliki perasaan yang sama yaitu ingin membahagiakan anaknya lahir batin. Baik itu kaya atau miskin kondisi si orang tua. Hanya setiap orang memiliki pemikiran berbeda dalam menerapkan dan mengungkapkan rasa sayang tersebut. Dan setiap anak juga memiliki karakter berbeda saat menerima bentuk kasih sayang tersebut.


Jadi berhenti beropini yang seolah menunjukan paling benar. Lebih baik buka mata, buka telinga bahwa kita ada dilingkungan ini, lingkungan dimana kita membesarkan anak ditengah gempuran godaan berbagai hal negatif yang bisa saja sekali waktu kita juga terpeleset. Saya adalah salah satu orang tua yang selalu syok dan prihatin setiap melihat hal buruk menimpa seorang anak. Karena kemudian hal tersebut akan membuat kesadaran bercampur kekwatiran menyergap saya pribadi yang mana itu mengingatkan saya "Suatu saat anak ku tumbuh dewasa dan berkembang di jaman dan lingkungan  ini pula, bisakah aku menghindarkannya dari godaan negatif tersebut? Tanpa harus  mengekang dan memprotek anak secara berlebihan dan anak merasa nyaman serta aku sebagai orang tua marasa aman?!"

Jadi mari saling belajar dari kasus ini untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan menghasilkan anak yang berkwalitas dan berakhlak mulia tanpa harus berkoar "pendapat sayalah paling benar"

Soal masalah hukum biar diselesaikan oleh yang berwenang. Bila ternyata yang berwajib berlaku tidak adil, biar dipertanggung jawabkan diakhirat kelak. Begitu juga soal tanggung jawab ke pihak korban. Menilik sikap Dani yang keras dan cenderung arogan saya yakin dia tidak akan mempertaruhkan kredibilitasnya dengan tidak bertanggung jawab. Begitu juga dengan Maia, sebagai orang tua mereka berdua pasti akan bertanngung jawab penuh. Dan semoga keluarga korban bisa ihklas menerima. Karena kehilangan orang yang dicintai dengan jalan tragis seperti ini tentu pukulan hebat bagi semua keluarga yang ditinggalkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun