Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Surganya Jawa

3 Juni 2012   08:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 204 0

Hal itu terbukti ketika saat itu aku mesti ke Unsoed, ikut dalam salah satu seminar nasional dan aku mewakili kampusku. Dugaanku bener, memang "sangat jauh" jika dibandingkan dengan Solo atau Semarang.

Masalahnya, bumi yang selalu berputar ini akhirnya menempatkanku bekerja di sana sejak tahun 2002. Cukup lama "hinggap" di sana. Namun, perkembangan terasa semakin cepat. Pendidikan berkembang pesat ditandai dengan munculnya beberapa kampus pendatang. Ekonomi berputar, kemajuan tampak di mana-mana.

Ciri khas yang tidak terkalahkan oleh daerah lain adalah udara yang terasa segar, walaupun musim panas telah tiba. Sawah, ladang serba ijo royo-royo. Tak pernah rasanya kekurangan air. Kalau Anda mandi, menggunakan air PDAM yang diambil dari Gunung Slamet, wo,.... pasti rasa pusing di kepala Anda segera lenyap. Mak nyes,..!

Kalau Anda berjalan melalui Pubalingga, kemudian diteruskan ke Banjanegara dan Wonosobo, nah disitu baru Anda rasakan Surganya Jawa. Air selalu mengalir deras melalui parit parit kecil di pedesaan, lantaran langsung mengalir dari Gunung Slamet. Jernih tak terkalahkan. Kayaknya orang Jakarta tidak akan menemui air yang seperti ini.

Udaranya juga sangat segar. Lagi-lagi orang Jakarta akan "tega" menghirupnya. Karena udara beginian tidak dapat ditemui di Jakarta. Apalagi yang tinggal di sekitar Bantargebang.Wow, pasti penginnya membawa bergalon-galon udara ke Jakarta. Dijamin, laku keras di sana.

Inilah alasannya, hari ini "kususuri" kembali daerah ini meskipun tidak harus menginjakkan kaki. Cukup melalui jendela, aku bisa menangkap pemandangan yang tetap hijau, tetap sedap dipandang dan tetap "tega" dihirup udaranya.

Hai, temen-temen di Jakarta, nggak perlu minta oleh-oleh ya. Cukup aku bawakan sekantong udara segar saja, pasti pada ketagihan...

(Dwipangga, 3 Juni 2012)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun