Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Virus "Latah" Batu Akik Nasional

27 Februari 2015   00:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 11 0
Demam batu (baik yang dijadikan akik maupun liontin) yang terjadi akhir-akhir ini hampir diseluruh wilayah tanah air, menurut penulis merupakan bentuk latah massal yang (kebetulan) terjadi secara nasional.

Sebagaimana diketahui, demam batu perhiasan yang dimasyarakat populer disebut sebagai batu akik ini, telah mewabah dan menyebar hampir keseluruh daerah di Indonesia, baik dikota maupun di desa-desa.

Tak terkecuali disekitar tempat tinggal penulis, hampir disetiap sudut gang, penulis dapat dengan mudah menemukan lapak-lapak yang khusus menjual batu-batu perhiasan ini. Dan sepertinya, pembahasan seputar batu akik ini salalu menjadi topik terhangat yang diperbincangkan oleh masyarakat dalam setiap diskusi mereka.

Mengapa Latah?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), latah diartikan sebagai " menderita sakit syaraf yang ditandai dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain."

Berdasarkan definisi latah menurut KBBI diatas, penulis mengkategorikan demam batu yang terjadi di masyarakat saat ini sebagai salah satu bentuk latah yang terjadi secara massal. Karna menurut penulis, mayoritas masyarakat saat ini membeli/memakai batu akik bukan sebagai bentuk kebutuhan akan perhiasan, melainkan lebih karena meniru dan mengikuti tren yang saat ini sedang booming dimasyarakat.

Selain karna latah, menurut penulis, masih ada dua alasan lain mengapa batu akik bisa sangat booming seperti saat ini:

Pertama, adanya isu (karna penulis belum pernah membuktikan langsung) beberapa jenis batu akik memiliki nilai jual hingga milyaran rupiah. Harga yang sangat fantastis ini tentu menjadi faktor tersendiri bagi kalangan pecinta batu akik untuk memburunya hingga kepelosok-pelosok tanah air. Kedatangan mereka tentu dengan membawa virus wabah batu akik ini kedaerah-daerah yang mereka kunjungi.

Kedua, harganya murah dan ada dimana-mana. Batu akik dapat dengan mudah ditemukan hampir disemua daerah di Indonesia (dengan jenis yang berbeda-beda tentunya). Untuk mereka yang malas/ tidak ada waktu mencarinya di alam, mereka masih bisa mendapatkanya dengan membeli di lapak-lapak batu yang ada disekitar rumah mereka dengan harga yang relatif murah.

Satu hal yang menarik menurut penulis adalah, wabah latah batu akik nasional ini menjangkiti hampir seluruh lapisan dimasyarakat, tanpa mengenal umur, status sosial, suku dan gender. Jadi jangan heran kalau anda melihat ada ibu-ibu rumah tangga atau anak SMP yang memakai batu akik, itu artinya mereka sudah kena virus, hehehe.

Apakah anda juga penggemar batu akik?
Salam kompasiana!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun