Telah lama, sejak belajar Jurnalistik di bangku kuliah, hal yang paling sering didengar dari pengajar seputar idealisme jurnalistik adalah “idealisme itu telah mati”. Edealisme dalam ranah jurnalistik sekadar nyaring dikhutbahkan, nihil aplikasi. Teriakan-teriakan seputar etika jurnalistik tak benar bisa mengakar dari jurnalis, apalagi melembaga jadi idealisme dalam industri-industri penjual kabar (Pers). Dengan alasan liputan, hal moral etis sering diterabas, bahkan diinjak-injak demi aktulitas liputan. Etika Jurnalistik dengan mudah dikencingi, pula sengaja dikentuti demi menjadi terdepan sebagai penyampai kabar. Idealisme jurnalistik yang berdasar “etika” telah berganti wajah menjadi bidak-bidak kapital yang meraup bongkah untung dari gelimang air mata banyak pihak. Dari air mata, jurnalis dan media tempatnya bernaung kenyang dan mencari makan.