dikalangan para Pecinta Alam. Sebab, tempat tinggal beliau di Kinahrejo, Umbulharjo
selalu dijadikan Posko Pendakian bagi para pecinta alam. Bahkan, dikalangan Pecinta
Alam, Mbah Marijan adalah guru sekaligus orang tua yang selalu menjadi tempat ngangsu
kawruh bagi siapapun yang pertama kali melakukan pendakian ke Merapi.
Saya mengenal Mbah Marijan, ketika pertama kali mendaki Merapi tahun 1989. Dan sejak
mengenalnya, saya melihat Mbah Marijan sebagai orang sederhana. culun.lugu dan
ceplas-ceplos tapi cerdas. Justru karena keluguannya itu kadang kalimat kalimat yang
meluncur dari mulut simbah tidak terkontrol. Tapi, justru hal itulah yang menjadi ciri khas
mbah Marijan.
Saya mengenal Mbah Marijan sebagai sosok orang yang sangat luar biasa. Dalam usia
yang sudah cukup tua, Mbah Marijan masih sanggup naik ke Puncak merapi dengan
langkah ringan. Tak kalah dengan para Pecinta Alam yang rata-rata berusia muda.
Saya punya pengalaman dua kali naik Merapi. Pertama melewati Jalur Kinah Rejo -
Balerante dan yang ke dua lewat Jalur Pasir Selo Boyolali. Namun, ketika masih aktif di
kegiatan Mapala, hampir setiap ada kegiatan di Kinahrejo, kita selalu menyempatkan
berkunjung ke rumah Mbah Marijan.
Banyak diskusi dan bicara dengan mbah Marijan menjadi semakin faham tentang makna
tanggung jawab. Jadi, bagi orang yang mengenal Mbah Marijan, sangat dimengerti ketika
Mbah Marijan bertahan di Merapi dan mengabaikan anjuran untuk turun.
Bagi Mbah Marijan, menjaga Merapi menjadi amanah yang harus dijaga sampai ajal
menjemput. Predikat Surakso Hargo, bukan sekedar alias atau nama lain. Tapi sebuah
nama yang harus dibela dengan segenap jiwa raga.
Sampai disini saya memahami bahwa Mbah Marijan adalah seorang panglima perang.
Apapun yang terjadi, dia tak akan bersikap pengecut dengan meninggalkan medan
perang demi keselamatan diri. Sekali dia bersedia menerima gelar " Surakso Hargo"
maka harus siap bertaruh nyawa dengan kemarahan Merapi.
Tanpa bermaksud berlebihan, seharusnya para pemimpin dan wakil rakyat negri ini dapat
belajar dari sosok Mbah Marijan. Belajar hidup sederhana dan penuh tanggung jawab
dalam mengemban amanah. Bukannya malah menuntut fasilitas dan menghamburkan
uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan parpol. Karena untuk menjadi bangsa yang
besar bangsa ini harus kuat. " Urip iku kudu rosa. ( Hidup itu harus kuat.. !"-red ). Jadi,
menjadi pemimpin bangsa ini juga harus kuat. Tidak banyak curhat ke rakyat, tidak
gampang ngambek dan punya daya sensitifitas yang tinggi terhadap penderitaan rakyat.
Mbah marijan ada the real superhero bukan saja bagi masyarakat Jogja, tapi bagi bangsa
ini.. !