Sepasang hiu bermain-main hingga ke pantai
yang ketika itu cukup dalam oleh sebab pasang.
Tiba-tiba, air laut surut dan terdamparlah yang seekor
tak bisa kembali, hanya terombang-ambing ombak.
Denpasar
sg
-----------------------------------------
2/ Memancing Ikan di Situ Cikaret
Aku melempar umpan pancing
dan harapan agar jatuh tepat--atau paling tidak: dekat--
di tempat keberuntungan telah disiapkan. Danau ini
luas dan dalam, menyimpan hidup
yang tak lebih panjang dari rok mini
biduan bibir merah yang bergoyang
menarik-narik mata mata itu,
Menunggu adalah sebuah kegiatan yang baik.
Aku siap siaga menghentak pancing
sebagaimana maut selalu tenang
giat berjaga-jaga di dekatku
Kopi panas sebentar saja; angin dingin
daun-daun dan bulan di dalam air
Semua bergerak-gerak.
Cibinong
Sg
------------------------------------
3/ Cara Mudah Membunuh Puisi
Seekor ikan kecil menggoyang-goyang ekornya di selokan.
Gemas, kau tangkap, kau timang, lalu kau tidurkan di sebuah sofa
yang indah. Begitulah.
Jakarta
sg
---------
4/ BULAN NYARIS BULAT DI DERMAGA
Di dermaga,
para nelayan semua laki-laki
cakap-cakap dengarkan dangdut
benahi jaring-jaring yang robek
karena banyak sampah nyangkut
Ada empat kapal merapat
serapat sambutan para istri
tong-tong ikan biru-melongo
menghitung perolehan kian surut
Hei, lihat itu!
Kenapa bulan tersipu
malu, sembunyi di balik mendung?
Konon ikan-ikan cemburu pada bulan
sebab bulan lebih sering disapa penyair
Bulan kian bulat bikin ikan-ikan kian cemberut
menyingkir, sembunyi di balik karang terumbu
Maka tiap purnama nelayan enggan melaut
Mereka membayangkan para istri jadi kapal
kasur jadi laut; main nelayan-nelayanan
kemudian mereka mimpi macam-macam:
Anak-anak tak perlulah sekolah tinggi-tinggi
Mimpi saja (jadi pegawe negri) sudah cukup
Mimpi jadi mentri terlalu muluk, bisa-bisa kualat
Malam kian larut,
dingin angin berbisik lembut:
Dermaga ini menyimpan rahasia kepedihan
milik orang-orang yang menyimpan rindu dan harapan
yang sendiri, yang menunggu, yang datang, yang pergi,
dan yang kembali pergi
sedangkan bulan yang kutuduh cuma diam.
Ia tak komentar walau tahu hatiku tergetar
Ketika mendung di mataku telah pergi
kulihat bulan itu nyaris bulat
Dermaga Jepara
sg
-------------
5/ LELAKI IKAN
Lelaki itu benar-benar mujur
Kutuk yang dirapalnya manjur
Perlahan, tubuhnya mengecil
Otaknya tentu juga mengecil
Jadilah ia seekor ikan yang lucu
Dewa menempatkannya di kolam
yang dibuat khusus untuknya
Rupa-rupanya, ia belum sadar perubahan
sambil berenang, komat-kamit ia terus merapal
Tiba-tiba, ia tampak terheran-heran
ketika menyadari tubuhnya telanjang
tetapi tak bisa lihat kemaluannya
Ia pun senang: tak perlu lagi malu
Lalu ia berenang kesana, kemari
mencari cermin ingin berkaca
Dewa selalu tahu sebelum kejadian
Telah disediakan sebuah cermin
di tempat yang mudah dicari
Sesaat kemudian,
di depan cermin, ikan itu terpukau
melihat ikan gemuk yang sangat lucu
Ia mengejar ingin menangkap
untuk digoreng tetapi sial
pikirnya:
Dewa tak mengijinkanku jadi ikan
menangkap ikan pun tidak
Waduk Sunter
sg
6/ LAYANG-LAYANG IKAN
ia telah menulis puisi lebih dari seratus judul
“tidak untuk dikirimkan!” katanya sambil tersenyum
untuk dijadikan layang-layang ikan, untuk diterbangkan.
jika cuaca cerah, selalu kulihat seekor layang-layang ikan
berenang-renang di langit, bergerak-gerak kesana-kemari
tinggi, tinggi sekali sampai di awan-awan.
jika angin semakin kencang, hatinya bertambah girang
ketika layang-layang ikan itu putus, bertepuk tanganlah ia
sambil berdoa hingga layang-layang lenyap tak tampak.
ia tak pernah berkecil hati walaupun mustahil
satu dari sejumlah layang-layang itu tersangkut
di kawat jemuran bajumu.
hingga petang, ia masih duduk di pematang
bercakap-cakap dengan bayang-bayang
tentang benang panjang.
Jogja
sg