1. Dampak Psikologis yang Terjadi pada Korban
Salah satu dampak utama dari bullying adalah masalah psikologis yang dialami oleh korban. Anak-anak yang sering dibuli akan merasa terhina, merasa rendah diri, dan bahkan bisa kehilangan rasa percaya diri mereka. Rasa takut dan cemas yang berlarut-larut akibat perundungan dapat membuat mereka merasa terasing dan tidak dihargai oleh teman-teman sebayanya. Pada banyak kasus, perasaan tertekan ini bisa berlanjut hingga dewasa, bahkan mengarah pada depresi yang serius.
Penting untuk dipahami bahwa anak-anak yang dibuli seringkali merasa tidak aman di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dan aman untuk belajar. Ketika seorang anak merasa terancam atau tidak dihargai, mereka bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan berprestasi. Perasaan ini juga bisa berdampak pada interaksi mereka dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun orang dewasa lainnya.
2. Dampak Akademik yang Tak Kalah Merugikan
Selain masalah psikologis, bullying juga berpengaruh pada hasil belajar dan prestasi akademik anak. Bayangkan, jika seorang anak selalu merasa khawatir atau takut setiap kali berada di sekolah, bagaimana mereka bisa fokus pada pelajaran? Ketika anak merasa terintimidasi, perhatian mereka menjadi terbagi, dan mereka kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas atau ujian.
Sebagai contoh, anak yang merasa dibuli bisa kehilangan minat pada pelajaran, tidak ingin datang ke sekolah, atau bahkan merasa cemas saat mengikuti ujian. Semua hal ini dapat berujung pada penurunan nilai dan ketertinggalan dalam belajar. Selain itu, jika tidak ada dukungan sosial yang cukup, anak yang menjadi korban perundungan bisa merasa semakin terasing, yang menghambat perkembangan sosial mereka.
3. Dampak Sosial yang Berkelanjutan
Dampak bullying tidak hanya terasa dalam jangka pendek, tetapi juga dapat memengaruhi kemampuan sosial anak dalam jangka panjang. Korban bullying seringkali merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Mereka mungkin merasa tidak diterima atau takut dijadikan sasaran bully lagi, sehingga mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial.
Hal ini tentu saja merugikan perkembangan sosial mereka. Anak yang tidak dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan sosial sekolah akan kesulitan dalam membangun keterampilan sosial yang penting, seperti bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan orang lain, atau menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Keterbatasan dalam keterampilan sosial ini bisa berdampak pada hubungan mereka di masa depan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karier.