Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Berguru Pada Bung Hatta: Agar Suara DPD-RI Didengar Rakyat

19 Juli 2015   21:06 Diperbarui: 19 Juli 2015   21:06 630 0
Dewasa ini, DPD-RI memiliki citra negatif di mata sebagian rakyat. Sebagai wakil rakyat, DPD-RI sering dinilai belum bisa mengakomodasi hak-hak dan suara rakyat. Berbagai tindakan yang berseberangan dengan spektrum moral sudah lazim terjadi di kalangan DPD-RI. Hal ini dikukuhkan dengan menjamurnya oknum anggota (mantan anggota) DPD-RI yang menjadi terdakwa tindak pidana.

Solidaritas antaranggota DPD-RI pun cenderung tidak terjaga. Masing-masing kubu cenderung memperjuangkan kepentingan politik partainya masing-masing. Sudah hal lumrah masing-masing kubu (partai) saling serang. Gedung parlemen menjelma ladang perebutan otoritas politik. Upaya mengakomodasi hak-hak asasi rakyat sebagai visi tunggal mulai terabaikan. Tidak mengherankan, DPD-RI perlahan-lahan kehilangan rasa hormat dari rakyat. Berbagai kritik pedas dan hujatan dari netizen terhadap kinerja DPD-RI, membanjiri halaman-halaman media massa virtual dan jejaring sosial media. Bahkan, tidak sedikit netizen menyarankan agar DPD-RI dibubarkan.   

Bagaimana mungkin DPD-RI didengar jika rasa hormat rakyat telah memudar?

Citra negatif tersebut telah membuat rakyat rentan bersikap apatis, serta membenci DPD-RI dan politisi secara keseluruhan. Namun, kita tidak bisa berburuk sangka (prejudice) dengan menggeneralisir perbuatan yang berseberangan dengan spektrum moral tersebut sebagai perilaku atau tindakan anggota DPD-RI secara kolektif. Dari ratusan anggota DPD-RI, tetap akan ada anggota DPD-RI yang masih memegang hati nurani dan idealisme dalam berjuang untuk mengakomodasi hak-hak rakyat. Menjadi sebuah tantangan besar bagi anggota DPD-RI yang masih memiliki hati nurani ini untuk membuat rakyat jatuh cinta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun