Jakarta sebagai ibukota tak semestinya semua departemen terpusat pada satu kota yakni Jakarta,....dan sentra -sentra lain juga tidak harus berlokasi di Jakarta sehingga egoisnya Jakarta sudah mulai dirasakan akibatnya, pembangunan yang megah, mewah dengan egonya tidak mengindahkan faktor alam sebagai bumi yang tidak mati sebgai contoh dalam bumi sendiri juga membutuhkan air untuk resapan agar tidak kosong.....ego kemewahan dan kemegahan pembangunan Jakarta metropolitan banyak menimbulkan gejolak kehidupan sosial yang mengerikan, mulai dari kebebasan dg topeng modernisasi, kesempatan kerja yang jelas tidak terpenuhi menimbulkan banyak pengangguran dan masih banyak lagi fenomena sbg akibat kesombongan sebagian sosok manusia berakibat mengubah pola tingkah laku dan sifat sosok manusia lainnya.....sehingga situasi dan kondisi menjadi tidak aman contoh ; peristiwa pemerkosaan, perampokan, pencurian, pembunuhan dan yang ringan tapi berakibat besar adalah kasus tawuran mulai antar pelajar, kampung dan suku.
Perpindahan Ibukota tak semudah ringkasan diatas kertas......baru pemikiran banyak orang sudah mulai bertindak untuk pindah duluan dengan menguasai sebagian wilayah, begitu juga wilayah yang akan dijadikan sebagi ibukota tak mau ketinggalan untuk membentengi wilayahnya agar tidak dikuasai oleh dari daerah lain,
Semua Departemen tidak dalam satu wilayah,
Dengan perkembangan tehnologi informasi.........koordinasi antar departemen dapat dilakukan dengan jaringan internet sehingga tidak menjadi alasan tidak bisa koordinasi antar departemen, dengan tersebarnya kantor departemen pusat di berbagai kota pembangunan dapat merata dan akibatnya kehidupan ekonomi meningkat pendapatan masyarakat meningkat sbg contoh ; Departemen perikanan dan kelautan di kota Semarang, Departemen pertanian di Bogor, Departemen ekonomi dan perdagangan di Surabaya dsb.