Siang itu sangat panas. Teriknya matahari menjilat-jilat lantai bumi seenaknya. Membakar kulit-kulit yang bertengger dibawah naungan cahayanya. Banyak yang mengeluhkan. Namun tetap ada yang mensyukuri ini. Sungguh tidak mungkin kondisi ini tercipta dengan sia-sia. Bahkan ada sumpah Allah swt yang tertera tegas untuk matahari. Duhai berbanggalah engkau matahari, Allah telah meninggikan derajat mu untuk senatiasa di ngiangkan dalam akal orang yang ingin menuju puncak ma’rifatullah. Senyum pun mulai merekah, kegerahannya akan suhu dikamar yang menguras peluh berdebit-debit dari pori kulit terikhlaskan sudah. Ia masih asyik dengan buku bacaan. Karena setelah selesai ujiannya di semester delapan memang sudah ditetapkannya untuk melakukan persiapan siding skripsinya. Namun bukan bacaan skripsi yang sedang di lahapnya. Lebih baik merehatkan diri dulu dengan bacaan yang memberikan asupan iman, pinta nuraninya. Lembaran demi lembaran buku Menjadi Cantik Dunia Akhirat terus terkibas dengan sesegukan tangis terkadang- kadang.