Lukisan bulan sabit yang indah terlihat dari wajah Wijoyo, setelah sekian tahun lamanya ia dapat menikmati sawah dan kebunnya sendiri tanpa campur tangan orang lain bahkan bangsa lain. Sudah beberapa tahun terakhir ini Wijoyo selalu berucap syukur pada Tuhan, ia masih belum bisa sepenuhnya memaafkan keberingasan Belanda dan Jepang kala itu. Peperangan dari ia lahir hingga mempunyai anak. Perjuangan pemberontak membuahkan hasil yang memuaskan, walaupun makan saja masih susah. Memang Wijoyo mempunyai sawah lebih dari satu, tapi untuk makan begitu susah.
KEMBALI KE ARTIKEL