puisi yang dihina terbaring terlupa
dalam debu dan reruntuhan kehidupan
yang dicampakkan oleh arus masa
kata-kata lelah tak lagi bersorak
melainkan gemetar dalam kehampaan
dipandang sebelah mata, dihinakan
namun tetap berdentang dalam kebisuan
di pinggiran jalan yang sunyi
puisi yang terbuang menangis sendiri
menyaksikan kejahatan manusia
dan keserakahan yang merajalela
tetapi, walau dihina dan tercampak
puisi tetaplah menjadi saksi kebenaran
menyuarakan jeritan hati yang terzalimi
dan mengajak kepada keadilan
puisi ini bukanlah sekadar kata-kata
melainkan api yang menyala di dalam gelap
menyulut semangat perlawanan
dan menuntut hak yang telah terlupa
jadi, biarkanlah puisi ini berkumandang
meskipun terbuang dalam keterpinggiran
karena kehinaan hanya menguatkan
dan puisi akan tetap bersinar di dalamnya
***
Solo, Rabu, 28 Februari 2024. 8:40 pm
Suko Waspodo