Ijinkan aku menggairahkanmu lewat liur ludah, yang tak tertahankan. Menetes tak terbendungkan. Dari situ mulut menganga. Mata terpesona akan nikmat rasa dan kelembutanmu. Gatal sekali bila tidak segera menyantapmu. Dikira mereka, aku tergila-gila dengan wanita di pinggir jalan protokol. Berpakaian yukensi dan rok mini. Sedangkan mata dan mulutku jauh menyukai dirimu, wahai sayur kembang turi. Dan itu akalan mereka untuk menyudutkanku, agar aku cacat dengan banyak dosa.
Biarkan. Biarkanlah mereka beremansipasi semaunya. Aku hanya bisa nyinyir pada anggapan semata.
Kini, lidahku tidak tahan akan godaan rasa dan kelembutanmu, wahai sayur kembang turi. Setiap baumu menusuk hidungku. Ia dengan sangar segera melahap tubuhmu, tanpa memperdulikan orang sekitar. Yang dirasa adalah kenikmatan dan kelezatan dari tekstur tubuhmu.
Wahai sayur kembang turi, racun apa yang kau tuangkan pada otakku. Sehingga lidahku terus bergerilya mengeluarkan air ludah.
Satu-satunya kenikmatan yang menggairahkan adalah menyantap lahap kembang turi.
Warung Riezky Uye, 2020