Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Penyesalan "Tidak Sempat Bertemu"

15 Agustus 2011   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 144 0
Pagi itu seperti biasa anak muda itu bangun pagi dan sholat subuh. Sudah menjadi kewajiban setiap hari. Dalam simpul senyumnya terlihat bangga  dia dengan hidup yang dijalaninya. Sehabis sholat subuh dia memilih bersantai memencet remote tv . Maklum hari masih terlalu pagi untuk dia langsung mandi.

Tak berapa lama terdengar nada HP nya berbunyi, dengan sedikit malas diambilnya HP di atas meja.

Di layar terlihat no kode daerahnya. Dalam hati dia bergumam, pasti yang telf ibunya. Karena jam segitu sering banget ibunya telf lewat wartel. Maklum mau pakai apa telf, di rumah ga ada telf.  Biasanya ibunya telf ketika pergi ke pasar, di pojok pasar ada wartel.

“ Haloo, Assalamualaikum“ dengan sopan dia menjawab.

“ Walaikum salam wr wb “ suara seorang laki-laki di seberang.

“ Mas, bisa ga bisa hari ini harus pulang” suara tersebut terdengar dengan jelas.

Deg….

Jantung anak muda tersebut seakan berhenti berdetak .

” Ada apa memangnya?” dengan membunuh rasa cemas pemuda itu balik bertanya.

“ Pokoknya bisa ga bisa mas harus pulang hari ini “ suara di HP.

“ Iya … tapi ada urusan apa??” emosi mulai menjalar di nadi pemuda itu.

“ Begini mas…., Bapaknya mas sudah tidak ada “

Gubrak, langsung lemas pemuda itu tertunduk lesu dengan mata memerah dibasahi air mata.

“ Iya mas, saya pulang” di tutup nya HP.

Beberapa menit berselang pemuda tersebut tidak tahu mesti melakukan apa. Kabar barusan telah menghantam hatinya.

Selang beberapa waktu  Dia  baru sadar dan tahu  bahwa dia harus secepatnya  sampai ke rumah.

Buru-buru dia mandi, kemudian membawa tas menuju pinggir jalan. Dia baru sadar dia harus telf Mas Tik di Jakarta. Berkali kali di telf akan tetapi ga diangkat. Sampai akhirnya nyambung juga.

“ Mas Tik sudah dapat dari rumah belum” katanya ketika Hp kakaknya bisa tersambung.

“ Iya sudah “ suara di  hp.

“ Terus sekarang gimana mas” Tanya pemuda tersebut panik

“ Kamu ke sini sekarang, kita pulang bareng “ Kata Mas Tik

“ Baik mas. “ sambil menutup hp nya.

Dengan segera pemuda tersebut menghentikan angkot , dan naik. Untuk sampai pintu tol pemuda tersebut harus dua kali ganti angkot. Setiba dipintu tol, dengan gesit dia mengejar bis  dengan tujuan Jakarta. Sengaja dia memilih naik bis yang ber AC karena biasanya akan lebih cepat. Sepanjang perjalanan tampak gelisah sekali pemuda tersebut. Waktu terasa lama sekali, ditambah lagi sudah hal lumrah setiap pagi jalur Tangerang menuju Jakarta macet. Sampai di Slipi, pemuda tersebut turun dan ganti naik bis kota menuju arah Lebak Bulus. Tak berapa lama, sampai juga dia di daerah kebayoran lama. Di pinggir jalan sudah terlihat masnya nungguin.

“ Kita naik apa mas?? ‘ Tanya pemuda itu.

“ Kita coba naik kereta api, semoga masih ada yang  jurusan SOLO, dari SOLO kita naik bis. Pagi kereta jurusan Madiun ga ada “ Jawab Mas Tik

Transport menuju daerah pemuda tersebut tidak setiap saat ada.

Dengan segera mereka berdua , kakak adik tersebut naik taxi menuju stasiun Gambir.

Begitu sampai stasiun Gambir keduanya langsung berlari menuju loket.

“ Pak kereta api jurusan solo sudah berangkat “  Tanya mas Tik kepada petugas di loket.

“ Baru saja mas, berangkat tadi jam 8” kata petugas. Mereka terlambat 15 menit

“ Ada lagi jam berapa pak?” Tanya mas Tik.

“ Nanti siang jam 15.00” kata petugas.

“ Waduh, naik apa lagi ini mas? Naik bis ga mungkin.” Kata pemuda tersebut.

“ Ayo kita ke SENEN, kali aja masih ada kereta “ kata mas Tik.

Mereka naik taxi menuju Stasiun Senen. Begitu sampai stasiun senen buru-buru mereka kea rah loket, untuk menanyakan apakah masih ada jadwal keberangkatan kereta api.

“ Kereta api jurusan madiun paling cepat nanti jam 14.00 mas” kata petugas.

Lemas sudah mereka berdua,dan akhirnya mereka memilih tetap menunggu jadwal keberangkatan kereta. Dengan pertimbangan sudah tidak ada alternatif lagi.

Naik bis, bakalan lebih lama sampai rumah. Naik pesawat sangat tidak mungkin dengan waktu yang mepet dan tentunya harga yang tidak murah.

Sambil menunggu kereta api, mereka duduk di dalam stasiun. Rasa lapar sudah tidak dirasakan lagi. Sampai tiba sholat dhuhur, mereka sholat di mushola stasiun.

Pukul 13.00 HP mas Tik bunyi.

“ Halo…., iya,… gimana…. Sudah ??. walaikum salam wr wb” haya itu kata yang diucapkan mas Tik.

“ Gimana mas??” Tanya pemuda tersebut.

“ Bapak sudah selesai dimakamkan” kata mas Tik pelan.

Memerah mata pemuda tersebut mulai basah dengan titik air mata. Dia hanya bisa diam. Sampai ketika kereta tiba, dan dia masuk ke gerbong . Sepanjang jalan tak ada sepatah katapun keluar dari mulut pemuda tersebut. Dia tak peduli dengan suara di sekitarnya. Pandangan nya keluar lewat kaca jendela kereta. Siang merangkat sore dan senja, pemuda tersebut terpenjara dalam ingatannya tentang bapaknya.

Bapak  yang telah membesarkanya, bapak yang telah menghiburnya, membiayai sekolahnya dan mendampinginya tumbuh. Kenangan-kenangan bersama bapak yang tidak bisa terlupakan.

Bapak yang sama sekali tidak marah ketika bola yang dia tendang mengenai badanya, Bapak yang memberikan uang saku pagi buta sebelum dia berangkat kerja. Ketika pemuda itu masih tidur.

Bapak yang rela mencarikan uang  agar dia bisa ikut temen-temen sekolahnya pergi ke Bali. Yang jumlahnya tidak sedikit.

Terus air mata Pemuda itu menetes membasahi kelopak matanya, sepanjang perjalanan.

Pukul 02.00 dini hari terdengar suara, kereta telah sampai di stasiun Madiun. Penumpang dipersilahkan turun. Dengan gontai dan terlihat lusuh pemuda tersebut turun diikuti mas Tik.

Begitu tiba di halaman parkir stasiun, mereka bergegas naik taxi. Tanpa banyak kata taxi melunjur. Karena hari masih pagi, untuk sampai rumah tidak memakan waktu lama.

Begitu turun dari taxi, pemuda tersebut melihat rumah yang terang dengan lampu. Pintu yang masih terbuka. Dengan bergegas dia segera berjalan menuju rumah dan mengucapkan salam.

Seketika itu pula dia berhambur memeluk ibunya dan menangis….Pemuda tersebut menangis tersedu, Bapaknya telah pergi untuk selama-lamanya tanpa dia bisa bertemu untuk terakhir kalinya. Dia menyesal tidak bisa bertemu dengan bapaknya.

( Tepat  9 tahun yang lalu kejadian itu terjadi. 14 Agustus 2002. Akulah pemuda itu )

Bapak maafkanlah anakmu... pesanmu akan selalu aku ingat dan jalankan.

Aku merindukanmu......

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun