Nah, pada putaran kedua ini, saya tidak akan memilih Foke-Nara, dan tentu lebih memilih lawannya Jokowi-Ahok. Mengapa? Fauzi Bowo (Foke) sudah saya anggap gagal membangun Jakarta, meskipun pengalamannya sebagai birokrat sudah cukup lama, mulai dari kadis pariwisata, sekwilda, wakil gubernur, hingga gubernur terakhir;
- Ucapan-ucapan Foke-Nara yang gak bermartabat, mulai dari “memaksa” korban kebakaran untuk memilih dia kalau mau tetap dibangunkan rumah di Jakarta, pencabutan KTP, adanya sumpah AlQuran agar memilih dia, dan lain sebagainya, termasuk isu2 SARA yang ada;
- Foke-Nara sudah terlalu tua, maka saya lebih memilih yang lebih muda, lebih dinamis, lebih kreatif, lebih humanis, dan lebih merakyat…kasihan kan Foke-Nara apalagi kalau sudah sering marah-marah;
- Jokowi dikenal sebagai walikota yang sukses hingga memperoleh penghargaan sebagai walikota terbaik dunia, bahkan pernah mendapat penghargaan dari Bung Hatta Award
- Jokowi orangnya kreatif yang menginspirasi pelajar-pelajar Solo merakit mobil esemka. Jiwa inilah penting untuk menginspirasi warga Jakarta;
- Jokowi lebih merakyat daripada Foke. Inilah pemimpin yang memang kita butuhkan, karena yang dia pimpin adalah rakyat;
- Jokowi-Ahok lebih menggunakan kekuatan rakyat, sehingga tidak ada “utang” kepada cukong;
- Banyaknya dukungan budayawan dan seniman kepada Jokowi-Ahok akan memberikan kekuatan bagi Jokowi dalam meningkatkan kepedulian warga Jakarta dalam mewarisi budaya bangsanya, karena selama ini Jakarta kering akan seni dan budaya.
- dll.