Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

Ada Agen Mossad dan CIA di Sini!!!

30 September 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:28 3623 7
SIGIT Bhuwono menatap sekeliling. Joyluv Resto nampak ramai. Hampir semua kursi terisi. Pengunjung umumnya mahasiswa dan karyawan, yang asyik dengan laptop masing-masing. Joyluv Resto memang menyediakan layanan Wi-Fi berkecepatan tinggi, yang menjadi salah satu daya tarik. Namun bukan mahasiswa dan karyawan itu yang menarik perhatian Sigit, melainkan beberapa orang asing yang ikut larut dalam keramaian. Yang pertama, seorang lelaki yang duduk dekat pintu masuk.  Dia berusia 30-an, berwajah khas Kaukasia dengan guratan memanjang di pipi sebelah kanan. Lelaki yang sedang asyik membaca majalah National Geographic itu bernama Jack Garreth, agen CIA untuk kawasan ASEAN. Di dunia intelejen, dia dikenal dengan julukan si Bunglon, karena kemampuan beradaptasi dan menyamar yang sukar dicari bandingannya. Orang asing kedua adalah perempuan berwajah cantik, dan dari jauh terlihat lemah lembut. Wajah perempuan berambut pirang ini mirip aktris Natalie Portman. Namun Sigit tahu, gadis cantik ini bukan orang sembarangan. Dia bernama Carmen Ann-Baker, agen  M16 Inggris yang dikenal dengan nama sandi 009. Angka 00 merupakan pertanda kalau Carmen diberi hak untuk membunuh siapapun yang dianggap bisa mengganggu stabilitas dan keselamatan Kerajaan Inggris. Ini bukan yang pertama kali Sigit bertemu agen M16. Tahun lalu di Singapura Sigit pernah berkenalan dengan agen M16 lainnya, seorang lelaki tampan namun kasar dan dingin. Ketika berkenalan, lelaki dengan sandi 007 itu menyebut namanya sebagai JB!! Carmen Ann-Baker nampak asyik mencicipi es krim, sambil berbincang ringan dengan lelaki berwajah Asia yang mengenakan kaca mata tebal. Sigit mengenali lelaki itu sebagai Kho Kweeng Gie, agen rahasia dari SS5 Singapura. Namun yang paling menarik perhatian Sigit adalah lelaki berwajah khas Timur Tengah yang duduk di pojok. Lelaki itu datang ke Indonesia menggunakan paspor Yordania. Di paspor namanya adalah Khalid Al-Habsy. Namun Sigit tahu, nama aslinya adalah Shlomo Mordechai alias si Pisau, salah satu dari lima agen Mossad yang paling ditakuti. Shlomo dikenal sebagai agen yang tidak menyukai senjata api. Dia lebih suka beraksi menggunakan sebilah pisau belati kecil yang disimpan di balik lengan baju. Sigit ingat bagaimana senewennya Dododo ketika menerima memo rahasia dari Kedubes AS, dua pekan lalu. Memo itu berisi kalimat: Orang Kami bersama Teman dari Jauh akan ke Indonesa untuk menjemput paket. Mohon pengertiannya... Memo yang singkat, namun nyaris membuat Dododo terkena stroke. ‘Orang Kami’ adalah istilah Kedubes AS untuk menyebut agen CIA. ‘Teman dari Jauh’ adalah kata sandi untuk menyebut agen Mossad. Seperti biasa, Kedubes AS tidak meminta ijin. Mereka hanya ‘memohon pengertian’. Mereka juga tidak menjelaskan paket apa yang akan dijemput. Apakah orang? Atau senjata? Atau mungkin paket buku? Dododo segera menghubungi staf khusus presiden. Sore harinya Presiden langsung menggelar rapat darurat nan rahasia di Cikeas. Rapat dihadiri Kepala BIN, Kapolri, Menhan, Panglima TNI, Menko Polkam, Mendagri, Menlu dan Menhum. Dododo, sebagai Kepala Lembaga Intelejen Nasional (LIN) tentu saja ikut hadir. (Dododo adalah nama panggilan internal LIN, yang diambil dari solmisasi. Semua pihak yang terlibat di LIN punya panggilan khusus dari solmisasi). Rapat berlangsung singkat. Demi kepentingan jangka panjang Presiden memutuskan untuk menerima kedatangan Orang Kami dan Tamu dari Jauh itu. “Tentu, sepanjang Tamu dari Jauh itu mengaku warga Yordania,” kata Presiden sembari mewanti-wanti agar hal ini tidak bocor ke media massa. Dan begitulah, dua pekan kemudian, nasib secara kebetulan mempertemukan Sigit dengan Tamu dari Jauh itu. Bersama tiga agen rahasia lain di sebuah restoran es krim. Kebetulan? Sigit mendengus. Sepanjang pengalamannya, di dunia intelejen tak ada yang namanya kebetulan!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun