Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Karena Bola Itu Bulat, MU Bisa Menang, tapi...

26 Mei 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:12 350 0
MATA segenap pecinta sepak bola akan tertuju ke Stadion Wembley, akhir pekan ini. Partai sarat gengsi akan menentukan siapa yang terbaik di Eropa, bahkan mungkin dunia.

Sebagai pecinta sepakbola Inggris aku tentu saja menjagokan Manchester United (MU) sebagai jawara yang akan menggondol Piala Champion tahun ini. Karena bola itu bulat (atau bundar?) MU bisa menang. Tapi sejujurnya aku sadar untuk bisa mengalahkan Barcelona dibutuhkan mujizat. Dan kita semua tahu, dalam pertandingan sepak bola mujizat tidak selamanya ada.

Menjelang laga, banyak pakar, pelatih dan analisis yang berteori bagaimana cara mengalahkan Barca. Salah satu teori yang banyak diungkap adalah: mematikan Lionel Messi. Namun apakah Barca sudah pasti kalah jika Messi dilumpuhkan? Sama sekali tidak. Barca dipenuhi banyak pemain hebat. Messi hanya salah satu dari banyak pemain itu.

Jika Messi dimatikan, masih ada David Villa, striker jempolan yang bisa mencetak gol dari berbagai sudut, mampu menceploskan bola dengan kaki kiri, kanan dan bahkan kepala. Hanya fokus pada Messi dan melupakan Villa adalah kesalahan fatal.

Dan, jangan juga lupakan dua ‘penyihir’ di lapangan tengah, Xavi Hernandes dan Iniesta. Dua pemain ini menjadi roh permainan dan punya kemampuan menakjubkan untuk mengirimkan umpan terobosan atau umpan lambung, bahkan dari sudut lapangan yang tak terduga. Kedua pemain ini  sudah sehati dan sepikir dengan Messi dan Villa, sehingga setiap umpan yang disodorkan bisa dimengerti dan ditransformasikan menjadi gol. Hanya fokus pada Messi dan mengabaikan Xavi dan Iniesta adalah blunder besar.

Jadi, dari kacamataku, ada dua hal yang harus dilakukan MU jika ingin mengalahkan Barca. Pertama, memutus aliran bola dari Xavi-Iniesta. Jika jalur itu diputus, gelombang serangan Barca bisa diredam setidaknya hingga 50 %. Kedua, seperti yang diungkap banyak pakar, adalah mematikan Messi.

Teorinya seperti itu, namun dalam praktek tidaklah mudah. Memutus alur bola dari Xavi-Iniesta itu tidak mudah, bahkan dapat dikatakan mustahil. Selain skill individu kelas satu yang mereka miliki, kedua pemain ini juga cerdas. Mematikan Messi juga tidak gampang. Ketrampilan Messi mengolah si kulit bundar hanya dapat ditandingi oleh sang legenda Diego Maradona. Memang Maradona lebih unggul dari segi fisik. Namun untuk kecepatan, aku pikir Messi masih sedikit lebih unggul.

Mematikan Messi dengan  teknik melawan teknik dapat dikatakan tidak mungkin. Satu-satunya cara adalah dengan kekerasan. Namun melanggar Messi berkali-kali dapat berbuah kartu, baik yang berwarna kuning maupun merah.

Formasi


Namun, tentu saja. MU juga bukan klub biasa-biasa. Jawara Liga Inggris ini juga punya kualitas. Pemainnya juga bertalenta dan punya kekompakan yang sudah teruji.

Lalu formasi apa yang tepat untuk menghadapi Barca? Jika menjadi pelatih MU, aku akan memilih formasi 4-5-1 untuk meredam Barca. Formasi ini hanya bertumpu pada satu striker dan lima pemain tengah. Penumpukan di lapangan tengah untuk merusak alur dan ritme pemain Barca yang terampil ber-tiki-taka.

Untuk striker, aku akan memilih Chicharito. Dia sekarang sedang on fire. Dia punya kecepatan, dan naluri yang sangat tajam. Wayne Rooney bisa dijadikan sebagai bagian dari ‘plan B’. Rooney disimpan sebagai senjata pamungkas jika situasi di lapangan berubah.

Untuk pemain tengah, yang pertama gelandang serang. Aku pikir Ryan Giggs cocok untuk posisi ini. Walau sudah berumur dan akhir-akhir ini didera gosip perselingkuhan, namun pengalaman serta kemampuan membaca permainan dari Giggs sangat diperlukan. Giggs akan dibantu dua pemain sayap lincah, Park Ji Sung serta Valencia. Park kini sedang dalam puncak permainan. Tusukannya makin tajam dan berbahaya. Begitu juga Valencia. Sebagai pelapis, Nani dan Anderson bisa  dijadikan alternatif.

Dua pemain tengah lainnya adalah Darren Fletcher dan Michael Carrick, sebagai gelandang bertahan. Jika Giggs-Park-Valencia lebih fokus menyerang, maka Fletcher dan Carrick bertugas membantu pertahanan. Kedua pemain ini yang bertugas memutus suplai bola dari Xavi-Iniesta. Sekaligus mengganggu Messi.

Pada posisi pertahanan, aku pikir kwartet Rafael-Ferdinand-Vidic-Evra adalah pilihan utama. Edwin van der Sar tentu saja akan menjaga gawang. Permainan Ferdinand kadang tidak stabil. Namun jika dia tampil dalam performa puncak, duetnya dengan Vidic akan menjadi palang pintu yang sukar ditembus.

Bertahan atau menyerang?


Pertanyaan yang sekarang menggelayut di benak pecinta bola adalah, apakah MU akan memilih pola bertahan total dalam menghadapi Barca? Ataukah MU justru tampil menyerang?

Pola bertahan total adalah pilihan logis dalam menghadapi tim super seperti Barca. Bertahan total dan mengandalkan serangan balik yang tajam terbukti berhasil dipraktekkan Inter Milan musim lalu.

Jadi jika MU memilih bertahan, itu bisa dipahami. Namun aku pikir, pilihan itu tak akan diambil karena tidak sesuai dengan pola permainan dan karakter MU.

Sama halnya dengan klub Inggris lainnya seperti Arsenal, Chelsea atau Liverpool, MU adalah klub dengan naluri menyerang. Tipe permainan MU adalah menyerang dan bukan bertahan. Jika MU memilih bertahan, itu tidak sesuai dengan pola dan kebiasaan mereka. Mereka justru akan kagok. Jika MU memilih bertahan maka hanya soal waktu bagi Barcelona untuk mencetak gol dan meraih kemenangan.

Jadi, menurut aku, yang harus dilakukan MU menghadapi Barca adalah menyerang. Atau setidaknya bermain normal.

Melawan Barcelona dengan balas menyerang terbukti berhasil dilakukan Arsenal dalam babak perempat final Liga Champion tahun ini. Di Emirat Stadium, the Gunners berhasil merontokkan tim Catalan itu. Ketika pertandingan leg kedua berlangsung di Nou Camp, Arsenal juga awalnya tampil menyerang dan berhasil mencetak gol. Namun situasi kemudian berubah drastis setelah Robin van Persie dikenai kartu merah. Melawan 11 pemain Barca, Arsenal akhirnya memilih bertahan total, dan kalah. Aku yakin, jika van Persie tidak diusir wasit, akhir pertandingan mungkin akan sedikit berbeda.

Jadi MU harus tampil menyerang, dan serentak mundur jika Barca balas menyerang. Giggs akan menusuk dari tengah, dan Park serta Valencia bergantian membongkar dari sisi kiri dan kanan. Barca biasanya kerepotan jika diserang dari sayap. Gol kemenangan Real Madrid yang dicetak Cristiano Ronaldo pada final Piala Raja tahun ini berawal dari sayap. Park serta Valencia harus secepatnya memanfaatkan celah yang ditinggalkan bek Barca yang biasanya rajin menyerang, terutama Dani Alves.

MU juga harus mampu memanfaatkan tidak konsistennya penampilan penjaga gawang Barca, Victor Valdes. Terkadang Valdes tampil luar biasa dan tidak tertembus. Namun beberapa kali dia kebobolan oleh bola yang sebenarnya secara teoritis tidak berbahaya.

Peluang


Lalu bagaimana peluang kedua tim? Secara realistis, dari sisi teknis aku pikir peluang Barca untuk menjadi pemenang sebesar 55 %. MU hanya berpeluang 45 %. Itu dari sisi teknis. Namun MU punya keunggulan lain, yakni lokasi pertandingan, Stadion Wembley yang berada di Inggris. Pemain MU tentu sudah akrab dengan Wembley yang biasa dijadikan tempat final berbagai pertandingan bergengsi, seperti Piala FA. Wembley juga menjadi homebase timnas Inggris. Di MU, pemain timnas Inggris saat ini adalah Ferdinand, Carrick serta Rooney.

Karena berlangsung di Inggris, mayoritas penonton mungkin merupakan suporter MU.  Dukungan moral penonton akan menambah peluang MU menjadi 49 % dan Barca 51 %.

Jadi Barca yang akan menang? Hitung-hitungan di atas kertas ya  begitu. Namun sepak bola bukan matematika.
Pada akhirnya, siapa yang bakal tertawa gembira adalah mereka yang bisa memanfaatkan peluang sekecil apapun, dan tidak melakukan kesalahan sekecil apapun.

Bagaimana pendapat Anda?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun