Sebenarnya kita bisa seperti mereka. Tetapi kita adalah bangsa yang tidak sabar untuk membuat pemain sepak bola kita untuk dapat bermain sepak seperti meraka. Bentuk ketidaksabaran kita adalah dengan membentuk program “instan” untuk memajukan persepakbolaan kita. Naturalisasi pemain, pengiriman sekelompok anak-anak ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Latin, dan audi pemain yang menghasilkan satu atau dua orang yang pemenangnya dikirim ke Inggris untuk belajar disana. Program semacam ini menjadi satu gambaran nyata bagaimana binggungnya PSSI agar bisa membuat tim hebat dengan biaya yang murah meriah.
KOMPETISI YANG BERJENJANG
Pemain yang baik selalu dihasilkan dari kompetisi yang ketat dan bermutu. Kompetisi yang bermutu adalah ibu kadung dari pemain dan tim yang berkwalitas baik. Oleh karena itu marilah kita merujuk pada pernyataan Pep Guardiola bahwa untuk membuat tim yang baik diperlukan waktu, biaya, tenaga, dan perhatian yang besar, atau dalam bahasa jawa Jer basuki mawa bea. Oleh karena itu seharusnya PSSI di bawah kepemimpinan siapa pun harus segera berfikir dan bertindak untuk kemajuan sepak bola nasional. Dengan cara mengadakan kompetisi sepak bola secara berjenjang dari usia dini. Pengprov harus menjadi garda paling depan untuk terwujudnya kompetisi berjenjang ini. Sehingga kalau kompetisi yang berjenjang dan bermutu ini terwujud dengan sendirinya akan lahir pemain dan tim yang bermutu. Kalau niat baik mengadakan kompetisi dari usia dini ini terwujud, setidaknya 10 tahun lagi kita akan melihat tim nasionla kita jauh lebih berprestasi. Mari kita menjadi bangsa yang sabar untuk untuk tujuan yang lebih besar.