Opini Logika ala (#SPMC) Suhindro Wibisono.
Nyimak berita politik satu dua hari ini, ketika Sandiaga Uno terberitakan resmi dideklarasikan oleh Gerindra untuk maju sebagai calon Gubernur DKI pada Pilkada 2017 yang akan datang, lalu kemaren resmi PKS juga memberi dukungan pada Sandiaga Uno, aneh justru saya tidak melihat adanya kepastian disitu.
Gerindra punya 15 suara, PKS punya 11 suara, akumulasi keduanya cukup untuk memajukan calon karena syaratnya hanya 22 suara. Tapi kenapa tidak kedua partai secara bersamaan mengumumkan pencalonan Sandiaga Uno? Bukankah kedua partai tersebut yang paling akrab menjalin shohib? Itulah keutamaan cermatan saya bahwa Sandiaga Uno belom tentu dicalonkan oleh Gerindra, dan sangat tergantung dengan arah angin PDIP.
Andai PDIP "bisa" membujuk Ibu Risma (Walkot Surabaya) untuk maju ikut Pilkada DKI, dan menganggap butuh rakyat pemilih fanatik Gerindra dan PKS, sangat mungkin Sandiaga Uno hanya akan dijadikan Cawagub. Keberuntungan Sandiaga Uno adalah karena Gerindra dan PKS bukanlah partai pendukung Pemerintahan Jokowi-JK, saya pikir Ibu Mega pasti sudah mengkalkulasi hal itu, sehingga PDIP sangat kecil kemungkinan mau gabung mereka. Jadi ada kemungkinan Sandiaga Uno bisa maju sebagai Cagub.
PDIP sedang berhitung untuk cari calon, mengajukan Risma berarti membuang suara di Jatim, kalau menang di DKI pasti rakyat mengampuni, tapi kalau kalah, PDIP akan membayar mahal. Kemungkinan bisa seru lawan Ahok kalau bisa menggabungkan dengan Ridwan Kamil, tapi apa mau Ridwan Kamil dijadikan Cawagub mendampingi Risma? Dan yang dekat untuk bisa mencalonkan Ridwan Kamil adalah Gerindra. Kalau itu terjadi artinya Sandiaga Uno akan gigit jari.