Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

"Asap Pembakaran Hutan, Presiden Kebangetan?"

23 Oktober 2015   03:55 Diperbarui: 23 Oktober 2015   04:19 1482 3
"ASAP PEMBAKARAN HUTAN, PRESIDEN KEBANGETAN?"
.
Opini Jengkel | (SPMC) Suhindro Wibisono
.
Kita panen asap setiap tahun, bahkan juga sampai "export" gratis ke negara-negara tetangga, tapi kali ini pemberitaannya lebih sensi karena Presidennya Jokowi. Yang lebih krusial tahun ini ada anomali cuaca, musim panasnya sangat panjang, sehingga panen asap seperti panen raya saja dan lebih panjang karena pembakarannya juga jadi menggila. Ribuan TNI dikerahkan untuk membantu pemadaman, tapi hasilnya masih tidak sesuai dengan harapan. Dan tadi saya lihat pemberitaan di tipi, seribu TNI dikirim lagi ke Sumatra untuk menggantikan tugas TNI yang sudah 40 hari melaksanakan tugas membantu memadamkan api.
.
Ribuan titik api melanda NKRI, terbanyak di Kalimantan, Sumatra, Papua dan Sulawesi. Luasnya kebakaran, sarana yang dimiliki untuk memadamkan kebakaran, juga sudah dibantu oleh sarana yang dimiliki oleh negara-negara lain masih belum mampu menaklukkan pembakaran hutan, gambut yang terbakar memang apinya juga membara dibawahnya, butuh digenangi air yang cukup banyak untuk memadamkannya, karena memang bara api tersimpan dibawah permukaan sesuai sifat dan karakter gambut itu sendiri. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Lalu sampai kapan kalau hujan yang sangat diharapkan juga belom kunjung datang?
.
APAPUN MASALAHNYA, sekali lagi saya ulang "apapun masalahnya", yang terpenting adalah mencari akar masalah, dan mengupayakan sedemikian rupa agar tidak terjadi lagi, tapi sebagai bangsa kita tidak pernah mau belajar untuk benar-benar menghentikan masalah itu walau sebetulnya sudah mengetahui sebab musababnya. KENAPA? Menurut saya, maaf kalau salah, "kita sangat egois", kita tidak pernah memikirkan kebaikan bersama, kita selalu berpikir untuk serakah, untuk mau enaknya sendiri, untuk mau menang sendiri, itulah yang terjadi pada kebanyakan dari kita. Indikasinya sangat banyak, di segala bidang, dari yang kaya sampai yang miskin, banyak sekali tergambarkan ke-egoisan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun