Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby

Awas! Hati-Hati Jebakan Kompasiana!

21 Desember 2024   17:42 Diperbarui: 21 Desember 2024   17:42 21 1
(Curahan Hati Seorang Penulis yang Kecanduan Menulis di Kompasiana)

Siapa sangka, sebuah "jebakan" yang tidak berbahaya justru membuat saya terjebak dalam kebahagiaan tanpa akhir. Awalnya, saya hanya seorang pengamat biasa yang sering bolak-balik membaca artikel di Kompasiana. Platform ini bukan barang baru buat saya---bukan hal asing. Saya sudah lama mengenalnya, seperti tetangga yang sering lewat tapi tak pernah disapa. Namun, siapa yang menyangka, suatu hari saya akan menjadi bagian dari dunia ini?

"Semua berawal dari rasa penasaran."
Beberapa bulan lalu, tanpa aba-aba, saya memutuskan mencari tahu lebih dalam soal Kompasiana. Mencoba untuk mendekati, memahami, dan akhirnya memberanikan diri mendaftar. Layaknya seseorang yang baru jatuh cinta, langkah pertama selalu diselimuti keraguan. Dalam hati kecil, saya berpikir, "Bisa nggak sih? Apa tulisan saya bakal diterima?"

"Saya ini siapa? Jurnalis bukan, penulis buku juga bukan."
Modal saya cuma satu: uneg-uneg yang numpuk di kepala. Berbekal tekad ala kadarnya, saya pun mencoba menulis. Awalnya, skeptis. Rasanya seperti seorang amatir yang nyelonong masuk ke arena para profesional. Tapi, toh saya tetap melangkah. Mencoba menumpahkan opini dan cerita, meski referensi tulisan saya masih sering "cabut sana-sini" dan digabungkan dengan opini pribadi.

"Dan... jebakan itu mulai bekerja."
Entah bagaimana, setiap kali ada uneg-uneg yang muncul, otak saya langsung punya refleks baru: "Tulis di Kompasiana aja!" Apapun yang saya pikirkan, rasakan, atau amati, seperti punya jalan pintas menuju satu kesimpulan: nulis lagi, nulis lagi. Ini bukan sekadar hobi yang menyenangkan---ini sudah berubah menjadi candu!

"Siapa bilang nulis itu nggak bikin bahagia?"
Menulis di Kompasiana ternyata seperti terapi. Semua energi negatif yang biasanya terpendam, bisa saya alirkan menjadi sesuatu yang positif. Bahkan uneg-uneg yang tadinya bikin hati sesak, berubah menjadi paragraf yang menenangkan. Semakin sering menulis, saya menyadari bahwa platform ini lebih dari sekadar tempat berbagi opini; ini adalah tempat untuk menyembuhkan diri.

"Cuan? Nanti dulu!"
Banyak orang mungkin tergoda menulis demi mendapatkan penghasilan tambahan. Tapi, buat saya, itu bukan tujuan utama. Ada sesuatu yang jauh lebih mahal daripada uang: kepuasan batin. Rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata, tapi setiap kali artikel saya selesai, ada perasaan lega yang luar biasa. Seolah-olah, saya sudah menjalankan misi hidup yang penting.

"Kompasiana juga jadi ajang kompetisi dengan diri sendiri."
Dari hari ke hari, saya belajar untuk terus memperbaiki diri. Saya ingin tulisan saya tidak hanya sekadar dibaca, tapi juga membawa manfaat untuk orang lain. Ada dorongan dalam hati untuk menciptakan tulisan yang bisa menginspirasi, memberikan wawasan baru, atau sekadar menjadi teman di kala bosan.

Dan di sinilah saya sekarang, terjebak dalam "jebakan" yang menyenangkan. Kalau Anda ingin tahu rasanya, silakan coba sendiri. Tapi, awas! Jangan salahkan saya kalau nanti Anda juga ikut kecanduan.

Sekian curahan hati saya. Kalau Anda sudah membaca sampai akhir, itu artinya Anda juga sudah masuk "jebakan" saya. Selamat datang di dunia penuh cerita, opini, dan uneg-uneg tanpa batas. Selamat datang di Kompasiana.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun