Bukan kali ini saja, sebelumnya pun demikian. Kenyataannya bahwa  dunia nyata berbeda jauh dengan dunia virtual. Di dunia nyata, orang bertemu bentuk. Sementara di dunia virtual, pada dasarnya kita bisa menjadi anonim dan berkamuflase menjadi banyak orang. Di dunia nyata, emosi dapat diidentifikasi secara fisik, tetapi di dunia virtual, keberadaan emoticon sepertinya tidak sepenuhnya mewakili perasaan manusia. Maka jika kemudian muncul lagi `hate speech` yang ditunjukan ke pimpinan negara hingga kemudian berujung secara hukum dan fisik, rasanya kita masih benar-benar mengoreksi cara pandang terhadap definisi kepemimpinan dan etika berbicara.Â
KEMBALI KE ARTIKEL