Debaran sebagian besar orang menjemput momen pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) barangkali sama bungahnya dengan perasaan gadis udik yang tengah dipinang bujang rupawan nan berharta. Sebab momen menantikannya memang selalu penuh dengan angan tinggi dan harapan selangit. Bahkan histeria hari raya selalu ganjil tanpa angpao buruh ini. Ya, yang paling menantikan angpao semacam ini pastilah buruh atau pegawai rodi yang setiap bulannya hanya berbalas gaji mepet-mepet. Selain juga karena THR selalu berarti uang jajan untuk lebaran, THR rupanya pula bernilai hiburan tahunan dari kepahitan hidup kaum `bangsawan sehari` ini. Makanya hampir tiap ramadhan, bagi segenap pegawai dan buruh terjajah di Tanah Air tercinta, 10 hari terakhir ramadhan tidak hanya penting karena adanya malam lailatul qadar yang mulia, tapi juga karena THR sering dibagikan juga di 10 hari terakhir ramadan. Sederhananya agar para pegawai itu tidak buru-buru mudik meninggalkan kerja.Â
KEMBALI KE ARTIKEL