Di sebuah desa kecil di pinggiran kota, hiduplah seorang pemuda bernama Rizky. Setiap tahun, saat bulan Ramadan tiba, Rizky merasa kangen dengan desanya. Dia tinggal di kota besar untuk bekerja, dan hanya bisa pulang ke desa saat liburan panjang.
Pada suatu pagi, Rizky bersiap-siap untuk memulai perjalanan mudiknya. Dia merasa senang dan gelisah sekaligus. Tasnya sudah dipersiapkan dengan matang, dan dia pun melangkah menuju stasiun untuk menaiki kereta api menuju desa.
Perjalanan yang biasanya terasa membosankan di kota, kini menjadi penuh makna. Rizky menatap jendela kereta, melihat pemandangan hijau yang menyegarkan dan langit biru yang membentang luas. Dia merindukan aroma udara segar di desanya.
Sesampainya di desa, Rizky disambut oleh keluarganya dengan senyum hangat. Mereka berkumpul di teras rumah, bercerita tentang kehidupan sehari-hari, dan menikmati hidangan lezat yang disajikan. Suasana kebersamaan membuat Rizky merasa seperti kembali ke akar-akarnya.
Selama di desa, Rizky menikmati setiap momen. Dia membantu orang tua di sawah, bermain dengan adik-adiknya, dan menikmati malam-malam dengan teman-teman lamanya. Waktu berlalu begitu cepat, dan saatnya bagi Rizky untuk kembali ke kota.
Meskipun sedih meninggalkan desa, Rizky membawa banyak kenangan indah. Dia tahu bahwa di setiap Ramadan berikutnya, dia akan kembali lagi ke desa, untuk merayakan tradisi mudik dan mempererat ikatan dengan keluarga serta teman-temannya.