Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Hujan Desember

10 Desember 2018   14:00 Diperbarui: 10 Desember 2018   14:02 96 0

Hujan bulan Desember

Hatiku ,

nyanyianmu  terbiasa membentang  
sangat manja ,
menggelayut mesra dalam susunan kata

Kamu adalah bui kerinduan yang buntu
yang tak lagi mengenal jalan keluar
Tak mengenal  musim
berbukit barisan meliuk kokoh

Melukismu dengan kekata adalah samudera tanpa pantai
Kamu adalah kota ang berbukit dengan kata ,
padat bermetropolitan
Auromu magnet , yang menarik seluruh indraku
Membius dalam stadium 4

Dan mimpiku semakin brutal bercengkrama
Menguasai seluruh ruang pikirku
Kamu sungguh perkasa

Di bulan Desember ini kamu ditelan sunyi
Berisiknya nyanyian hujan telah menjadi nada kehilangan
Gemuruh rasa tak satupun menjadi aksara
Wajahmu telah kosong , tanpa  ruang
Yang terbiasa kubaca dalam bahagia dan air mata
Gambarmu gelap
Terbengkalai
Semua menjadi hikayat nestapa

Secangkir kopi ini ,
dalam racikan dan adukan paling  sempurna
tak mampu mencipta pelangi atas dirimu
Sebatang rokokku tak sanggup lagi meretas
Di kepulan asapnya yang semakin pekat

Hujan bulan desember ini,
telah melautkan seluruh keberadaanmu

Dan Kepakan sayap burung camar itu
Mengisyaratkan hampa ruang dan waktu
Yang tak lagi mesra

Kamu
Wuuus...hilang... tak tersisa

Imajiku tentangmu telah kering
Ranting aksaraku patah
Permainan kataku musnah tanpa sedikitpun debu
Mengering di kemarau yang basah rindu

Gendang yang  kutabuh berulang-ulang
Terinfus di ruang isolasi
Tanpa bunyi
Yang ditinggalkan sang dokter dengan maafnya

Apa yang bisa kuceritakan pada anakku nanti
Tentang risalah hati ayahnya
Tentang hikayat manis senyuman
Dan akankah harus kuceritakan lagi
Kisah cinta laila
Atau romeo dan yuli

Maafkan ayah nak...
Semoga kau tak bosan mendengarnya,

Aku menggigil kehilangan imaji
Di hujan Desember ini

Suhawan tridoyo
Purwokerto
06 Desember 2018   21:24

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun