Cing Ato
#CatatanHarianSangGuruBloger
Jum'at, 13 Januari 2023. Saya salat Jum'at di masjid An-Nur di lingkungan MTsN 5 Jakarta. Kebetulan madrasah selalu mengadakan salat Jum'at di masjid An-Nur milik madrasah.
Kegiatan ini diikuti oleh para siswa, guru, karyawan, dan pedagang kantin. Terkadang juga para siswi diikutkan untuk salat Jum'at.
Saya selalu mengambil posisi di luar masjid pas pintu masjid bersama para siswa yang tidak kebagian di dalam masjid. Maklum masih berkursi roda.
Sengaja agar bisa langsung melihat khatib sedang khutbah. Sesekali saya memandang khatib yang sedang khutbah. Terkadang saya merunduk takut khatib grogi saya lihatin. Sebab pernah jadi khatib, ketika sedang khutbah ada yang lihatin, jadi rada grogi gitu. Maklum terkadang masih demam panggung.
Khutbah kali ini diisi oleh khatib dari luar madrasah. Bacaan Al-Qurannya fasih apalagi ketika beliau menjadi imam. Enak didengar dan salat sepertinya adem, damai, dan lebih khusu.
Teknik penyampaian materi juga bagus, sistematis dan sepertinya seperti gaya saya banget gitu. Waktu sehat saya kalau khutbah selalu membahas sebuah cerita/kisah-kisah teladan lalu dari cerita itu diambil sebuah ibrah atau pelajaran.
Para jamaah lebih senang mendengarkan kisah-kisah daripada khutbah lainya. Apalagi retorika penyampaian kisahnya bagus. Jamaah pasti dibuat penasaran untuk mendengarkan.
Pernah saya diceritakan oleh teman, ketika beliau salat Jumat di sebuah masjid. Khatib bercerita tentang orang-orang yang sangat disukai bahkan menjadi teman setan/iblis.Di antaranya orang yang keluar pertama dan meninggalkan masjid setelah salat berjamaah.
Nah, ketika salat Jumat selesai, tidak ada satupun jamaah yang keluar pertama dari masjid. Semua saling memandang satu sama lainnya, bahkan semua menengok ke belakang untuk melihat siapa yang keluar dahuluan. Khutbah khatib berhasil menghipno para jamaah.
Kembali kepada permasalahan khatib di atas. Beliau mengangkat cerita tentang sahabat Nabi yang selalu salat berjamaah di masjid. Beliau selalu duduk di shaf terdepan sebelah kanan sehingga Rasulullah hafal dan kenal dengan beliau.
Itulah kenapa seorang imam di sunahkan ketika selesai salat berjamaah membalik badan dan memperhatikan para jamaah sambil membaca wirid. Rasulullah sering memperhatikan para jamaah sehingga tidak ada yang luput dari pandangannya.
Suatu hari pada salat Subuh, ketika Rasulullah memperhatikan jamaah seperti ada yang ganjil atau hilang. Dalam hatinya bertanya ke mana si Fulan tidak datang untuk salat berjamaah. Satu, dua, tiga hari bahkan seminggu tak kunjung datang, sehingga Rasulullah bertanya kepada para jamaah.
       "Ke mana si Fulan yang sering salat dipojok kanan shaf depan?" Tanya Rasulullah.
       "Kurang tahu ya, Rasulullah,"jawab jamaah.
       "Adakah yang mengetahui rumah beliau?"
       "Saya ya, Rasulullah."
Akhirnya Rasulullah dan para sahabat mengunjungi rumah sahabat tersebut untuk melihat kondisinya. Khatib menjelaskan bahwa perjalanan dari rumah sahabat ke masjid jika ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 3 jam perjalanan. Sungguh jauh sekali jelas khatib.
Rasulullah dan para sahabat pun sampai ke rumah sahabat yang dicari tersebut. Rasulullah mendapatkan rumah dalam kondisi sepi, hanya ada istri dan anak-anaknya.
      "Ke mana suamimu?" Tanya Rasulullah.
      "Beliau sudah meninggal seminggu yang lalu," jelas istri sahabat.
      "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un," ucap Rasulullah dan para sahabat.
      "Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya beliau sering berujar tentang penyesalannya. Ada tiga hal yang sering beliau keluhkan. Pertama beliau berkata"Kenapa rumahku tidak lebih jauh lagi dari masjid. Kedua, kenapa aku tidak memberikan pakaian yang terbaik kepada fakir miskin, dan ketiga kenapa aku tidak berikan semua roti kepada fakir miskin yang meminta rotiku." Jelas istri sahabat.
Lebih lanjut khatib menjelaskan pertanyaan-pertanyaan itu. Pertama, sahabat ingin rumahnya lebih jauh lagi dari yang ada, karena beliau tahu semakin jauh rumahnya dari masjid semakin banyak pahala yang beliau dapatkan.
Kedua, beliau sering memakai baju/gamis dua. Yang bagus di dalam dan yang kurang bagus di luar. Tujuannya agar baju yang di dalam tidak kotor terkena debu sepanjang perjalanan menuju masjid. Jika sampai di masjid beliau membukanya. Beliau salat dengan pakaian yang bagus. Suatu hari ketika beliau sedang berjalan menuju masjid ada seorang fakir miskin meminta baju, maka dikasihlah yang baju kurang bagus itu.
Ketiga, ketika beliau sedang makan sepotong roti ada fakir miskin meminta roti itu, karena beliau belum makan, beliau hanya memberikan sepotong roti, sementara sepotongnya lagi untuk beliau makan.
Itulah kenapa sahabat itu berujar sebuah penyesalan, padahal beliau sudah berbuat baik. Jelas khatib.
Siapakah sahabat yang selalu salat berjamaah di masjid dan selalu berbuat baik itu? Beliau bernama Sya'ban.
Selanjutnya khatib mengajak para jamaah yang mayoritas para siswa untuk menjadikan Kisah tersebut menjadi ibrah dan pelajaran dalam hidup ini.
Khatib menutup khutbah dengan mengingatkan dan mengajak jamaah untuk selalu menunaikan salat berjamaah di masjid atau Musala dan selalu berbuat kebaikan sebagaimana sahabat Rasulullah yang bernama Sya'ban.
Demikian sekilas apa yang saya dengar dari seorang khatib. Semoga bermanfaat.
Cakung, 15 Januari 2023
Menulis sambil tiduran.