Cing Ato
Guru Blogger Madrasah, motivator, inspirator, penulis, pegiat literasi.
Mentari mulai menutup waktu, semburat sinarnya perlahan sirna dan rembulan sudah menanti tak sabar ingin pamer kemolekannya. Sementara burung-burung baru saja tiba di bungalow-bungalow indah bersama keluarga tercinta.
Dari kejauhan terdengar satu-persatu irama langkah-langkah kaki murid-murid  memasuki gerbang madrasah. Warna-warni aneka busana menambah suana penuh dengan keindahan, laksana pelangi di langit luas menjulang. Satu persatu mereka memasuki masjid. Mereka duduk dengan rapih sesuai tempat yang diatur panitia malam munajat.
Hampir setiap tahun sebelum menghadapi ujian Nasional para siswa dibekali dengan berbagai macam acara mulai pendalaman materi, uji coba soal ujian (TO), dan terakhir istighosah. Tentunya agar siswa siap baik fisik maupun mentalnya.
Intinya istigosah adalah berdoa kepada Sang Maha Kuasa, agar diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menghadapi Ujian Nasional. Hampir seluruh sekolah  mengadakan acara istighosah, tak ketinggalan MTs N 5 Jakarta juga mengadakan.
Susunan acara biasanya tidak lepas dari salat magrib berjamaah, khatam Al-Qur'an, salat Isya berjamaah lalu pembacaan ratib Al-Haddad, salat tahajud, renungan, salat subuh.
Ada yang menarik pada saat salat Tahajud. Ketika penulis memimpin salat Tahajud di barisan shaf belakang ada dua makhluk Allah yang ikut salat Tahajud. Kebetulan ada salah satu murid melihatnya.  Setelah selesai salat Tahajud dan dilanjutkan salat subuh, murid  yang melihat menghampiri penulis.
"Pak, tadi ketika kita salat ada dua orang ikut salat," ucap murid.
"Oh, yang benar," timpal penulis rasa ingin tahu.
"Iya, Pak benar pakaiannya putih-putih."
"Terus, bagaimana kamu bisa lihat?"
"Ceritanya begini Pak."
"Kita duduk dulu, agar dengerin ceritanya enak."
Penulis dan beberapa murid duduk ngeriung sambil mata sekali-sekali melihat keseluruh penjuru masjid.
"Lanjutkan ceritanya."
"Begini Pak, ketika saya hendak takbiratul ihram saya menoleh ke belakang, saya ingin melihat teman-teman, tiba-tiba saya melihat orang yang tidak kenal dan asing, lalu saya sedikit kaget."
"Terus orang itu lihat kamu tidak."
"Iya, Pak."
"Reaksi orang itu bagaimana?"
"Orang itu langsung menunjuk ke saya. Saya diperintahkan untuk salat dan jangan berisik."
"Saya, salat saja. Setelah salat tidak berani nengok ke belakang. Tapi ketika doa bersama, saya mencoba untuk melihat, ternyata sudah tidak ada."
"Masih ada hanya kamu sudah tidak di kasih lihat. Mungkin itu makhluk Allah berupa Jin Muslim penghuni masjid ini."
"Oh, gitu ya, Pak."
"Maka itu, kamu jangan suka bercanda dan berisik ketika beribadah di dalam masjid. Bisa jadi nanti beliau marah dan menghukum kamu."
"Iiiiiiih, seram...bulu kuduk saya sampai bangun."
"Tidak perlu takut, selama kita tidak macam-macam dan masuk ke masjid niat untuk ibadah insya Allah, aman."
"Oh, gitu ya, Pak!"
"Iya, lah. Masa iya, dong."
"Hahaha... hahaha.... hahahaha...." Para murid tertawa mendengarnya.
Ketika mereka sedang tertawa, penulis ngerjain murid-murid.
"Waduh, apaan tuh!"
Spontan murid-murid membalik badan sambil mundur berkumpul.
"Hahaha.... hahaha.... hahaha. Emang enak kena prank."
"Et dah Bapak, nakut-nakutin saja."
"Sudah, yu kita pulang sudah siang, Bapak ngantuk mau nerusin tidur di rumah."
Penulis, teman-teman guru, dan murid-murid pulang ke rumah masing-masing.
Begitulah ceritanya, setiap tempat pasti ada penghuninya tak terkecuali masjid atau musala. Tinggal tergantung kitanya punya rasa hormat tidak dengan tempat tersebut. Maksudnya jangan suka membuat gaduh.
Insya Allah, kita akan sambung lagi ceritanya tentang penghuni lainnya.
Salam literasi
Cakung, 28 Agustus 2022.