Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Adaptable

25 Mei 2015   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:36 30 1
Setiap menjelang malam, nyamuk menyerang. Secara bergerombol mulai keluar dari sarangnya. Jumlahnya tidak sdikit. Kalau diitung baik-baik bisa menembus angka ribuan. Tidak berimbang dengan sasaran yang mereka tuju, jumlahnya lebih sedikit. Malam ini misalnya, saya diserang sekitar ratusan nyamuk yang serang dari atas-bawah, samping kiri-kanan, pokoknya sari semua arah.

Coba serangga yang menjengkelkan itu berani satu lawan satu, sudah pasti sejak lama saya kalahkan. Setiap kali berhasil membunuh (dengan cara menepuk) 2 ekor, nampaknya muncul 4 ekor nyamuk baru. Perkembangannya sudah mirip amuba. Satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan, begitu seterusnya.

Ahh..,saya menyerah. Tidak mampu melawan mereka hanya mengandalkan cara manual/konvensional. Menepuk kedua dengan tangan sudah tidak efektif lagi.

Beruntung sudah banyak bahan/zat kimia yang katanya mampu secara efektif mengusir mereka. Bentuknya bermacam-macam. Merek dan cara promosinya juga beraneka ragam. Semuanya menarik, sampai bingung juga, mana pilihan yang paling tepat.

Malam ini, saya coba menggunakan penolak nyamuk jenis lotion. Tidak perlu saya sebut mereknya, nanti dikira sudah jadi bintang iklan.

Setelah melumuri lotion tadi, saya merasa sudah nyaman. Saya membayangkan efeknya seperti iklan yang mereka gembar-gembor di TV. Dengan penuh percaya diri, saya kemudian mengumpat, "Hmmmm, silahkan kalian datang lagi kumpulan nyamuk nakal. Kalau tidak langsung tewas, minimal kalian bisa mabuk atau teler dengan lotion ini".

Saya senang. Merasa menang dan bangga. Kini tidak ada lagi nyamuk yang berani mengganggu. Serangga nakal itu terlihat tidak berani hinggap lagi di permukaan tubuh manapun. Bagus, lotion penolak nyamuk cukup efektif. Saya kemudian mulai membaca status atau tulisan teman-teman di FB dengan nyaman.

Baru saja 2 menit berlalu, kaki kiri terasa gatal. Dengan perlahan saya perhatikan, ternyata ada sekitar 5 ekor nyamuk bertengger di sana. Perutnya terlihat membuncit, nampak berwarna kemerahan. Itu menandakan, sudah sejak lama mereka menghisap darah.

Saya murka. Dengan sigap saya pukulkan tangan dengan keras. "Aduh...", saya kaget sendiri karena pukulannya terlampau keras. Cukup sakit rasanya. Begitu melihat hasilnya, cuma satu nyamuk yang berhasil tewas. Amarah semakin memuncak, saya dipermaikan oleh serangga bandel yang disebut nyamuk itu.

"Hae.., nyamuk sekarang semakin bandel saja. Padahal baru saja diberi lotion penolak, ehh.., mereka malahan mendekat. Apa mereka tidak takut mati atau racun ?". Saya terus mengumpat sendiri. Memang sudah terlihat kurang waras.

Sementara saya menggerutu, tiba seeekor nyamuk terbang mengitari telinga. "Ngiunggggg...,ngiungģgg, ngiunggg", bunyi khas saat sayapnya mengepak sangat mengganggu. Saya kaget, dibalik suara itu, tiba-tiba terdengar seperti manusia berbicara.

"Kami juga seperti manusia, bro.."

"Apa ? Apa maksudnya seperti manusia ?"

"Kami mampu beradaptasi dengan zat kimia atau racun berbahaya".

"Tau dari mana kalian manusia seperti itu ?"

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kemarin baca harian Jawa Pos, kan ?"

"Ia betul, saya membaca. Lalu, apanya yang salah ?"

"Hmmm, pada halaman 1 itu digambarkan manusia sudah terbiasa dengan dengan zat kimia beracun. Banyak makanan yang berbahaya beredar luas. Beras dari plastik, bakso diberi boraks, susu dicampur detergent, dan masih banyak lainnya".

"Lalu, apa hubungannya dengan kalian para nyamuk ?"

"Begini, kalau manusia sudah terbiasa atau mampu beraptasi dengan makanan tidak nyaman seperti itu, maka kami pun demkian. Kami, bangsa nyamuk beraptasi dengan zat penolak nyamuk yang sering kalian gunakan. Kita sama-sama 'Adaptable' dengan semuanya".

"Stop ! Pergi kau. Saya tidak mau lagi mendengar suara-suaramu. Engkau tidak nyata. Ini hanya halusinasi". Saya mempraktikan cara menghilangkan halusinasi dengan cara menghardik.

Segera saya sadar kembali dari halusinasi tadi. Dan tiba-tiba terasa lapar. Saatnya saya harus mengunjungi angkringan Mbok Ginuk. Selamat malam, salam dari dinner dari Mbok Ginuk.

Catatan: Jika tadi saya sempat berhalusinasi, mungkin itu efek dari Prof. John Nash yang hari ini meninggal dunia. Saya mengenalnya lewat fim biografi "Beautiful Mind". Diceritakan bagaimana beliau melewati pengalaman halusinasi yang begitu indah, hingga mendapat hadiah nobel atas imajinasinya yang begitu liar. RIP buat beliau yang sangat inspiratif.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun