Setelah pusingnya berkurang, saya berpikir lebih baik minum kopi dulu. Mungkin itu salah satu cara lama biar kembali segar, fokus dengan tugasa dan sebagainya. Begitu cek kopi, ternyata sudah habis. Gula juga tidak ada sebutir pun dalam toples. Lama berpikir mencari solusi, pada akhirnya jadi pusing kembali. Pusing pala Barbie...
Wah.., setelah lama berpikir (agak "lola" memang), saya memutuskan untuk membeli kopi di Warung Mbok Ginuk. Begitu keluar dari kos, gerimis turun. Alam tidak sedang dalam frekuensi yang sama dengan pikiran saya. Jengkel, menggerutu sebentar, lalu tetap jalan menembusi hujan. Begitu mau menyeberang jalan, kendaraan begitu padat dan melaju kencang. Cahaya lampunya menyilau pandangan, lama-lama akhirnya pusing. Pusing pala Barbie...
Setelah berupa keras, akhirnya bisa juga tiba di Warung Mbok Ginuk. Seperti biasa, beliau selalu ramah.
"Apa kabar, Mas ?", itulah kalimat pertama tiap kali bertandang ke sana.
"Baik Bu, hanya sedikit pusing. Mungkin efek dari pusing pala barbie"
"Ahh...saya punya obat mujarab Mas".
"Obat apa itu Bu ?"
"Pokoknya obat itu bisa menyembuhkan segala gejala penyakit. Setelah minum obat ini, jika sakit deman, hilang demamnya. Jika sakit pusing, hilang pusingnya. Jika sakit mual, hilang mualnya", beliau berusaha meyakinkan saya.
Lalu saya bertanya, "Bagaimana kalau sakit kepala, Bu ?".
"Sama seperti penjelasan tadi sebelumnya. Sakit deman, hilang demamnya. Sakit pusing, hilang pusingnya. Sakit mual, hilang mualnya. Maka kalau sakit kepala, hilang kepalanya".
Mendengar penjelasan itu, saya semakin pusing dan juga lapar tentunya. Lebih baik saya makan saja selagi berada di markas Mbok Ginuk. Setelah makan, saya mendekati tempat duduk beliau untuk membayar. Dengan sedikit membisik, saya mengatakan: "Mohon bungkus juga dengan pil atau obat yang diceritakan tadi".
Saya mau berikan untuk Barbie. Dia sakit kepala, biar hilang kepalanya. Setelah itu nanti, tidak mungkin lagi mengatakan, PUSING (ke) PALA BARBIE...