Sebab manusia jika tak diingatkan dari keangkuhan, keteledorannya bisa jauh lebih membahayakan. Kalau masih mau menerima kenyataan dengan evaluasi diri mendalam. Tentu pembelaan tak akan begitu muncul dengan meledak-ledak, memang naluri dasarnya adalah salah mengekspresikan cinta kepada diri sendiri dengan tetap berkepala batu pada bencana yang kalau mau jujur adalah ulang dirinya sendiri, ulah tangannya sendiri.
 Allah melanjutkan,
 Â
 Di tangan Engkaulah segala kebajikan,
Kalau mau diurutkan,
 1. Pemilik kekuasaan
 2. Memberikan kekuasaan
 3. Mencabut kekuasaan
 4. Memuliakan
 5. Menghinakan
 6. PadaNyalah seluruh kebajikan dan kebijakan. Dan yang terkahir adalah penegasan,
Â
 Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
 7. Sekaligus pengingat bahwa di awal juga sebenarnya telah disebutkan kalau Dialah Sang Pemilik kekuasaan atas segala sesuatu, biasa, manusia suka lupa; sengaja atau tidak disengaja. Makanya di akhir ada pengingat sekaligus penyegar bahwa inilah kekuasaan, pelengseran, kejayaan, kehinaan semua ada di genggamannya.
 Kalau begitu jelas sudah ke mana hati harus mengadu, menceritakan banyak hal yang mungkin tak ada satu pun manusia di bumi yang bisa mengerti, tapi jika Dia berkehendak maka akan ada yang bisa mengerti.
 .
 Cls, RTD, Rabu 12 Juli 2023, 13:00, halub
 .
 Bersambung ke, "Sampaikanlah"Â