Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pemaksaan untuk Menyesal

14 September 2022   00:41 Diperbarui: 14 September 2022   00:43 70 3
Tatapan awal yang menyesakkan,
Bukan kagum.
Tak suka,
Tapi tetap berlagak suka.
Terpaksa. Sedih. Kehilangan lagi!
   Fitme! Terpuruk ....
Benar-benar luruh,
Memaksa kebencian hidup bersama,
Pergi saja!
Terlalu besar rasa! Siapa yang suka!?
   Merunduk, menulis larut malam,
Bersama pijar,
Jari iblis,
Sehari 2.000 kata,
Itu paling sedikit!
   Suka!? Najis! Siapa!?
Ini terpaksa!
Alasan; selalu ada,
Untuk saling menjaga,
Di antaranya. Dan---pasti TAK AKAN LAMA!
   Four years ago ....
Regrets has begun!
stale! again in the name of friendship!
VOMIT A GARDEN!
Beberapa tahun yang lalu di Cirebon ....
   Seperti baru kemarin,
Padahal sudah belasan tahun,
Yang telah lama hilang,
Menguap, menempel di langit-langit otak,
Tak lesap, menetap, KEKAL!
   Tak sesederhana keterpaksaan 250818
Tunawisma yang salah bergaul,
Enggak lucu BRAY!
Mino satu kilo aja di Tobong,
ENGGAK BISA.
FITME!
   Sakit mental bukan buat pamer euy!
Malu-maluin!
Bisa bahasa binatang tuh baru,
Bolehlah dipamerin,
Emang bisa? YA KALI!
   Beberapafitrahyanghilang;Fitrah yang asli, jleb! Yangwajibmalahjuga, seperti: menetap, 33:33. Menjagadiri,baik,taat, 4:34. Melahirkan, 19:22-26.
Menyusui2tahun, 2:233.
   Tetap saja, kalah, dan pasti kalah.
Tunawisma lebih sering diserangoleh yang merasa punya segala, merasa bisa beli apa saja. Beli beli beli waktu, beli masa lalu, agar tak semenyesal keterpaksaan ketidakenakan.  
   Yaelahbarubebegitubeudahrame!
Cemenamat,
Enggakseru,
Enggaksatualur,
CAHJANGANTERPENGARUHALURNATEG!
   NYINYIRAN!
IRIAN! JAYA!









KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun