Senja itu begitu damai.  Seorang lelaki paruh baya duduk termenung menghadap laut. Tatapannya begitu teduh, laksana mega yang memerah saga dilangit barat. Orang- orang kampung memanggilnya Abah Darma. Memang, tak  ada satu orang pun di kampung  itu  yang  tahu tentang Abah Darma. Lelaki tua yang kini menghabiskan hari  tuanya di tepian pantai selat sunda, dulunya seorang kaya raya. Dia adalah salah seorang  pejabat penting di negeri ini. Tapi kini ia menghabiskan hari tuannya hanya berdua denganku, tinggal di sebuah rumah sederhana di tepi pantai. Padahal anak- anaknya yang tinggal di Jakarta hidup kaya raya. Ada yang menjadi pejabat tinggi dan ada juga yang menjadi pengusaha sukses. Harta, kemewahan, pangkat dan jabatan, sudah membuatnya mual. Dia seperti melihat bangkai tikus jika melihat orasi partai politik di Televisi. Maka ketika televisi menayangkan diskusi pemilu dia langsung mengganti channelnya atau bahkan, mematikan pesawat Televisi  itu.
KEMBALI KE ARTIKEL