Karya: Suhadi Sastrawijaya
Tak ada yang lebih tabah
Dari anak-anak Palestina
Tujuh puluh lima tahun hak-hak mereka di rampas
Genosida demi genosida selalu terulang di setiap masa
Tapi dahulu sebelum zionis datang membawa petaka
Betapa indahnya masa kecil kakek nenek mereka
Berlarian lepas menggembala domba di padang savana
Bercanda ria dalam mekarnya bunga-bunga musim semi
Atau kumpul keluarga di sekitar perapian saat musim dingin tiba
Sambil menikmati teh panas dan maqluba
Tapi kini setiap inci pergerakan mereka di awasi
Masjidil Aqso yang dicintai
Tak bisa lagi diziarahi
Karena Iblis-iblis zionis telah melarangnya
Atau mereka memaksa lalu ditebus dengan nyawa
Anak-anak palestina
Yang memindai asa di hari dewasa
Namun cita-cita itu terkadang harus runtuh terkubur bersama tubuh-tubuh mungil mereka di bawah reruntuhan gedung bertingkat
Hasan seorang pelajar sekolah dasar berkata
Kami disini takkan bisa menjadi dewasa
Karena setiap saat pembantaian bisa menghampiri dan menghabisi nyawa-nyawa kami
Kehidupan nestapa anak-anak palestina telah membuka mata dunia yang terpejam
Tapi ternyata masih saja ada segolongan manusia yang tak mau membuka mata bahkan matanya rela ditusuki duri sampai buta daripada melihat penderitaan anak-anak palestina
Bahkan memuji kekejaman para zionis durjana
Sesungguhnya jika kita tak beragama
Jika kita tak bertuhan
Sebagai manusia saja sudah cukup bagi kita untuk iba kepada palestina
Karena apa yang terjadi di sana di luar batas kemanusiaan