Oleh: Suhadi Sastrawijaya
Malam beranjak larut
Mataku tak mau terpejam
Sebab desing peluru terdengar di setiap inci kamarku
Desing peluru iblis-iblis zionis
Yang menyasar wanita anak-anak dan orang-orang renta
Jasad-jasad yang tak bernyawa
Tertimbun reruntuhan gedung
Berhari-hari tak terevakuasi
Bahkan diantaranya ada berpasang-pasang mata yang masih meregang nyawa sambil menyaksikan saudaranya yg tercabik-cabik bom yang dijatuhkan dari udara
Oh... di mana PBB
yang dulu kukagumi dalam buku IPS SD
Yang punya visi menciptakan perdamaian dunia
Begitu gagah dan berwibawa
Tapi mengapa kini
Kau tak ubahnya seekor ikan yang terkapar di tengah keringnya gurun pasir
Mengapa PBB diam membisu saat palestina dianiaya
Bahkan Amerika yang empunya kebijakan di perserikatan bangsa-bangsa
Menuduh pejuang kemerdekaan Palestina sebagai teroris
Yaitu para pejuang yang berusaha melawan penindasan, perampasan tanah dan kezaliman yang dilakukan zionis Israel.
Dan disaat yang sama
Amerika dan negara sekutunya yang punya kebijakan di forum PBB malah mengirim senjata dan kapal induk demi membantu penjajah untuk menembaki anak-anak dan wanita-wanita renta Palestina
Sungguh mereka tak punya muka
Maka kukatakan kepada penduduk dunia
Wahai adakah rasa prikemanusiaan di dadamu
Dengan membantu palestina dengan tenaga, harta atau sekadar doa
Atau malah makan dan minum ria sambil tertawa di hadapan layar kaca yang menyajikan berita genosida dan pembantaian yang dilakukan iblis zionis yang durjana
Pejuang Palestina bukanlah penjahat
Mereka hanyalah pejuang kemerdekaan yang melawan penjajah
karena penjajah itu telah merampas tanah dan hak-hak bangsa mereka
Note: goresan jemari salah satu penduduk dunia yang menyaksikan genosida terhadap rakyat Palestina lewat layar dunia maya, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.