Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi: Perjalanan Tiga Belas Jejaka

19 November 2022   14:19 Diperbarui: 19 November 2022   14:24 124 3
Perjalanan Tiga Belas Jejaka

Sebelum senja berwarna jingga
Tiga belas jejaka meninggalkan kota
Pada teduh wajahnya berkata
Kita akan berjalan jauh
Menyusuri lembur bertanah luhur
Tebing nan terjal yang bersepuh ajal
Tapi pada  sukma bunganya mau berkata
Kita melangkah karena Allah

Tiga belas jejaka
Melewati kampung demi kampung
Keteduhan matanya bertutur sapa dengan dedaunan padi yang menghijau
dan berbagi haru pada laut yang  membiru.
Senja pun mulai menguning emas
Tiga belas jejaka menyimpan lemas
Pada bagasi hati, agar tak merintangi perjalanan sukar penuh belukar
Alkisah, mereka  bermunajat  pada sang pemberi rahmat
Tuk memohon keselamatan dalam perjalanan

Senja semakin jingga
Dengan sorban semangat di pundaknya mereka berkata:
" Bismilah" Tuhan bimbinglah kami dalam perjalanan ini.

Tiga belas jejaka
Perlahan mendaki jalan terjal yang licin
Pada senyum bunganya berkata
Kita akan sampai di Curug Putri
Sebuah pesona di Pulo Sari

Alkisah, ketika senja mulai jingga
Mereka tiba di air terjun, Curug Putri nama yang dikagumi
Tiga belas jejaka menadahkan kepala
Memindai cucuran air keajaiban Tuhan
Yang menyejukan penglihatan
Mereka bersuci  dan bertasbih pada Ilahi

Senja semakin merah
Mereka berjalan dengan sisa- sisa semangat yang masih tersimpan
Perlahan letih mulai mendera
Pohon- pohon asing berjejeran dengan rimbun di sepanjang perjalanan
Jurang-jurang  menganga siap melahap siapa yang terjatuh kedalamnya
Mungkin disana, ada ular dan binatang buas yang menanti makanan
Namun ketika asap belerang tipis menyapa penciuman, semangat baru berdesir kembali
Serupa angin senja yang menyejukkan badan
Dengan kaki letih mereka tetap bertasbih
Dan akhirnya sampailah pada tempat bernama kawah
Mereka membaca hamdalah

Alkisah,
Tiga belas jekaka
Memindai asa
Aroma belerang dan gemuruh kawah mengantar mereka pada keharuan
Tentang karunia Tuhan yang maha rohman

Tiga belas jejaka
Tertunduk ruku, bertasbih, berzikir dan bertakbir
Memuji asma Allah pencipta gunung yang mereka daki

Malam di kawah pulo sari
Tiga belas jejaka  membangun tenda, untuk mereka merebahkan badan
Malam yang suram, tanpa bulan dan bintang
Mereka bercerita hingga pergi menjumpai mimipi sendiri- sendiri

Sepertiga malam
Hujan pun tiba
Dingin menyeruak.
Mereka panik.
dan berusaha merapati tenda agar tak kebocoran.
Sepertiga malam yang sangat dingin membuat mereka terlelap kembali
Menuju pangkuan sang mimpi
Bulir- bulir hujan seolah menghujam, tentang hati yang penuh dengan kecelaan

Esok pagi
Ketika langit mulai menggeliat dari kegelapan
Tiga belas jejaka berjalan lagi
Kali ini menuju puncak
Akhir dari pendakian
Jalan setapak yang licin
Embun dan kabut yang menyebarkan hawa dingin
Jurang nan terjal yang menyediakan ajal
Tak mereka hiraukan
Lelah kembali menjarah
Tapi semangat mereka
Laksana gunung itu yang berdiri gagah
Tak lama kemudian
Mereka sampai di puncak
Tiga belas jejaka
Dengan senyum emasnya berkata
Lenyap sudah lelah kita
dengan serentak mereka bertakbir
Allahuakbar!!!!

Desau angin, lambai dedaunan  menyertai mereka membaca tahmid
Mereka tertunduk memuji ama- asma-Nya.
Bermuhasabah dengan penuh pasrah

Tiga belas jejaka memindai arah
Dari pelupuk matanya melihat alam yang indah
Laut yang membiru, perkampungan yang diselimuti kabaut
Gunung karang yang perkasa,
Haseupan yang jelita terlihat nyata.

Tiga belas jejaka
Memupuk rasa, menggenggam semangat baru.
Pada senyum bunganya mereka berkata:
Kita harus bertakwa


Memori Pendakian Gunung Pulo Sari, Desember 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun