Pasar Beringharjo siang hari. Seorang perempuan tua buruh gendong menyesali perkawinannya yang gagal di kampung. Namun ia lebih menyesali kenapa satu-satunya anaknya harus ia serahkan kepada orang lain. “Kini aku masih menggendong beban berat untuk upah yang tidak seberapa. Namun aku ikhlas. Ini ganti beban yang mestinya kugendong dulu. . . .!” keluhnya. Titik air mata membayang di matanya.
KEMBALI KE ARTIKEL