Hari masih pagi, belum jam enam, tapi Mak Juwarni sudah beranjak. Melangkah tergesa dari rumahnya di sebelah selokan, jauh di belakang kompleks perumahan megah pada sebuah kota pantai. Ia tertatih menyusuri jalan setapak. Bukan semata karena tubuhnya yang ringkih, tapi setapak berbatu yang selalu dilaluinya itu tidak rata. Nanitya, gadis kecil usia tujuh tahun itu selalu ikut sambil riang bermain. Dengan mudah ia ditempatkan di dalam gerobak ukuran satu setengah meter panjang, setengah meter lebar dan tujuh puluh sentimeter tinggi.