Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ketika Perempuan Ga Boleh Nyalon (Gubernur)

14 Juli 2013   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:34 431 0
Sambil nungguin Buka mumpung libur saya sempat-sempatkan membaca berita hari ini tentang Pulitik, dan menjadi tertarik ketika  mengamati perkembangan pilgub di Jawa Timur, Cerita pilgub Jatim ini hampir mirip dengan pilgub Jateng, dan  berkenaann dengan perempuan (lagi). Kalau di Jateng ada Rustri di Jatim ada kHofifah, Cagub yang dulu hampir saja mengalahkan Karsa.
Cerita yang mirip itu masih berkutat masalah jegal menjegal. kalau di Jateng di jegal oleh empunya Partai, di Jatim konon di jegal oleh penguasa yang ingin tidak tersaingi. Cerita intervensi penguasa ini sungguh luar biasa, mulai dari beredar video ngemis dukungan di Yutub sampe muncul dualisme kepengurusan.
Namun sampai tulisan ini dibuat belum ada kejelasan status khofifah, apakah bisa nyalon atau harus kembali menjadi mantan calon gubernur.
Kalau kemungkinan kedua yang terjadi ( tidak bisa Nyalon),  sungguh dunia politik itu kejam sama perempuan, Padahal tanpa perempuan politik menjadi tidak indah. Ingat ken dedes, hanya karena ingin mempersunting Ken dedes, Ken arok menjadi kalap  membunuh Tunggul Ametung. Ingat Angelina Sondakh, perempuan pertama yang terkurung karena Korupsi, Ingat Wa Ode, perempuan kedua yang terkurung karena konon tersangkut makpia anggaran ( Ini Contoh yang salah tentang Keindahan Politik perempuan).

Kalau mau menjelaskan indahnya politik perempuan, bisa jadi teringat dengan  Sefti sanustika dengan makelar ternama,  juga petinggi partai  dengan fustun dan jawa sarqiyanya... (lha Ini baru Keindahan Politik)
Tapi patut disayangkan  kalau sampai betul2 di tangguhkan, seperti kabar yang saya terima di twitter. Otomatis akan menambah angka Golput, seperti terjadi di Pilgub Jateng, dimana calon terpilih meskipun menang 49 % tapi dari 49 persen pemilih. Kalau khofifah batal maju, sangat sulit untuk merangkul kembali loyalisnya, meskipun kalau maju belum tentu menang. tapi Pilgub Jatim menjadi tidak ramai, dan cenderung bisa berbahaya bagi incumbent, karena pasangan Bambang DH dan Said, juga berpotensi menang di Pilgub Jatim kali ini (prediksi ini bisa jadi berubah berdasarkan cuaca..)

Bahwa ketidakbolehan perempuan nyalon itu seperti angin yang berhembus sepoi sepoi tapi mengantukan, dan itu mulai nyata. Di Jabar Cagub Perempuan "ditolak" rakyat( kalah dalam pilgub), Di Jateng juga, dan bisa jadi terulang di Jawa Timur. Ada apa sebenranya?
Satu hal yang menjadi tebakan saya adalah, karena pimpinan partai di dominasi oleh laki-laki. Dan para laki-laki begitu bernafsu untuk tidak mau kalah dengan perempuan, jadi sebelum kalah, secepat mungkin perempuan di singkirkan. Namun kalau di telisik lebih dalam, memang keterlibatan perempuan dalam politik, tidak begitu menunjukan kualitas yang seimbang dengan gembar-gembor partisipasinya yang harus 30 %. bisa di survey sejauh mana peran politisi perempuan di DPR untuk kemajuan, selama ini belum ada gaungnya sama sekali, atau mungkin saya kurang mendengarnya.  Apalagi Fenomena munculnya Ir. Jokowi, seolah menunjukan bahwa lelaki lebih pas untuk jadi pemimpin di banding perempuan. Meskipun di Surabaya sendiri ada Walikota perempuan yang gerakannya lebih dari Jokowi, tapi kurang begitu di besarkan oleh media. Saya jadi teringat ada jargon, di balik laki-laki yang sukses selalu ada perempuan yang mendampinginya. Cuma saya penasaran , apakah di balik perempuan yang sukses itu ada lelaki yang mendampinya, ataukah benar.. kata-kata, di balik wanita yang sukses ada lelaki yang berselingkuh....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun