Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Hikmah Permintaan Maaf Pak Mentri

11 April 2012   16:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44 178 0

Dengan ini saya minta maaf karena menggratiskan banyak mobil yang lewat pintu tol Ancol Barat. Ternyata pintu tol itu bukan milik Jasa Marga (BUMN), tapi milik swasta, CMNP. Saya minta maaf kepada manajemen CMNP (PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk) karena saya mengira itu tol milik Jasa Marga. Langkah saya itu semata-mata didorong rasa tanggung jawab setelah melihat kemacetan yang luar biasa yang diakibatkan kurangnya loket pintu tol tersebut pada jam-jam seperti itu. Meski minta maaf saya tetap mengharapkan ada penanganan yang lebih baik dengan cara menambah loket atau untuk sementara menambah tenaga manusia untuk menjadi 'loket berdiri'. Harapan ini saya sampaikan karena pintu tol tersebut menyebabkan kemacetan yang luar biasa di tiga jurusan sekaligus. Kalau pun permintaan maaf saya ini dinilai kurang memadai, saya bersedia mengganti biaya tol mobil-mobil yang saya gratiskan tersebut. http://finance.detik.com/read/2012/04/10/071836/1888403/4/ini-permintaan-maaf-lengkap-dahlan-iskan-karena-gratiskan-tol-ancol?991104topnews

Terlepas dari ada tidaknya motif di belakang dari sikap minta maafnya paling tidak kita bisa belajar dari beliau:

1.Beliau tidak ingin aturan pemerintah membuat susah masyarakat dengan terbukti beliau marah di pintu tol karena tidak ada petugas, sedangkan antrian mobil sudah membludak

2.Beliau ingin jajarannya peduli take care dan melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan atasan.  Terbukti ketika beliau marah di pintu tol karena jajarannya tidak respon teradap kebijakan yang beliau buat prihal tidak boleh adanya antrian panjang di pintu tol.

3.Beliau cukup ksatria dengan permintaan maaf yang ternyata di belakang hari ditahu bahwa pintu tol tersebut bukanlah milik Negara

Dari sikap yang diambil oleh Bapak Menteri banyak hal yag kita bias dapatkan pelajaran.  Agama mengajarkan kita meminta maaf jika kita melakukan kesalahan..  Segera berdamailah satu sama lain.  Sebab jahatlah orang yang tidak sudi berdamai dengan saudaranya. Ia akan di putuskan hubungannya dengan manusia maupun khaliknya (Tuhannya), sebab dia telah menanam benih perpecahan.  Bahkan agama lebih jauh mengajar kepada kita walau pun kita di pihak yang benar, maka berlakulah rendah hati seolah-olah kita di pihak yang salah.  Hal demikian akan medekatkan kita kepada takwa.  Permudahlah apa yang seharusnya mudah dan jangan mempersulit sesuatu yang sudah seharusnya mudah, agar apa pun urusan kita Tuhan berkenan mempermudahnya.

Melayani masyarakat dengan hati tulus ikhlas akan menarik semua kebaikan Tuhan yang ia yakini.  Tuhan juga akan senang ketika kita menjadi pelayan (Khaadim) yang sebenarnya.  Keitaatan terhadap suatu peraturan juga merupakan ciri seorang mengerti akan tanggung jawab yang di berikan kepadaya.  Terlepas dia seorang atasan atau bawahan, ketika peraturan itu telah menjadi keputusan maka semua pihak punya tanggung jawab yang sama.  Atasan berkewajiban memantau sejauh mana kebijakannya di terapkan dan bermanfat sedangkan bawahan berkewajiban menjadi seorang malaikat yang tanpa melibatkan nafsu dan urusan pribadinya dia melaksanakan segala bentuk aturan itu apa adanya.

Maka ketika ada kesalahan di dalam pelaksanaan amanah tersebut akan mengundang kesalahan yang lain.  Dalam hal ini benar-benar di butuhkan sifat dewasa dan ksatria untuk menata kembali apa-apa yang sudah berseraak.   Maka melalui pesan sebuah ayat:

wal kaazhimiinal ghaizha wal ‘aafiina ‘anin naasi, wallahu yuhibbul muhsiniin-a

Artinya:

Dan orang-orng yang menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang, dan Allah menyenangi orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran : 135-dengan bismillah).

Semoga akan banyak lagi bapak-bapak kita yang memiliki jiwa ksatri, cepat menyadari kesalan untuk kemudian meminta maaf dan akhirnya memperbaiki kesalahan untuk terciptanya Indonesia yang lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun