Perseteruan DPR sebenarnya dari segi bisnis penyiaran memberikan untung juga, untuk disiarkan, diberitakan baik seutuhnya, atau sepotongnya, atau setelah dibumbui, digoreng, direbus, dan ditambahi opini pengamat dan pakar (seperti pakar semiotika, gestur tubuh, ahli komunikasi, psikologi politik, pengamat hukum tata negara, dan lain-lain) yang sering muncul di televisi itu. Mereka dapat bahan untuk dibahas, beruntunglah mereka yang pakar-pakar itu.
Perseteruan juga bisa jadi bahan tulisan di Kompasiana, seperti yang saya tuliskan hari ini. Lumayan menutupi ketiadaan ide.
Tapi bukan itu sisi positif yang saya maksud disini.
Lihatlah, bagaimana tokoh-tokoh politik ikut nimbrung dalam kasus pornografi yang melibatkan tukang tusuk sate itu. Mereka sangat perhatian, bahkan konon kabarnya sudah diberi keluarganya sumbangan yang relatif besar untuk modal usahanya (tadi ada saya baca di Kompasiana). Bentuk perhatian politisi, yang menurut saya bisa saja tulus ikhas, bisa juga bermotif politik - persaingan politik - mengambil hati rakyat, mengingat kasus tersebut terkait dengan Pak Jokowi dan Ibu Mega.
Selain itu, dengan perseteruan tajam di DPR, dan antara partai-partai politik, membuat mereka akan sangat hati-hati dalam bertindak. Mereka akan saling mengawasi dengan sendirinya. Lebih sulit melakukan tindakan korupsi bersekongkol seperti yang ditangkap KPK selama ini, karena takut ketahuan lawan politik. Dengan demikian, mudah-mudahan penyelenggaraan pemerintahan bisa bersih dari tindakan korupsi. Semoga!
Berseterulah untuk kemajuan Indonesia!
Salam 3 jari, Persatuan Indonesia.