Pak Ahok yang baik. Saya tidak bermaksud menasehati Bapak. Walau kita mungkin tak jauh beda umur, tetapi saya yakin Bapak jauh lebih dewasa dari saya. Pengalaman Pak Ahok tentu lebih berwarna daripada saya, begitupun wawasan dan kemampuannya.
Tapi siapa tahu yang saya sampaikan ini bermanfaat, beberapa ujaran dari kampungku di Siborongborong sana. Begini Pak Ahok.
1. Patalu Roha
Kadang persoalan timbul bukan karena sesuatu yang substansial, sebagaimana ujaran tadi "manggulut input ni leang-leang". Tapi karena harga diri, karena ego, orang bisa berkelahi. Itu bisa terjadi di lapo-lapo - warung kopi di kampungku. Karena membahas isu politik, orang bisa berkelahi suara. Karena itu perlu ada "Patalu Roha" - mengalah. Dengan mengalah persoalan biasanya reda. Kita tentu tak lupa, Pak Ahok adalah pelayan rakyat. Tunjukkan sikap seorang pelayan, lebih banyak menampung keluhan (tak perlu dipersoalkan benar atau tidak), tampung dulu sampai yang mengeluh bisa tenang, sampai dia tahu kalau suaranya didengar. Jangan reaktif. Begitulah pelayanan yang baik menurut para pengajar Service Excellent.
2. Unang Situlluk Mata ni Horbo
Jangan colok mata kerbau! Kira-kira begitu terjemahan bebasnya. Bayangkan kalau anda mencolok mata kerbau dari depan. Bagi yang biasa menggembala tentu tahu akibatnya. Bisa celaka dikejar-kejar sang kerbau. Itu terjemahan bebas saja.
Maknanya kalau versi kampung saya Pak Ahok, jangan terlalu ceplas-ceplos. Padahal di kampung saya itu terkenal dengan budaya ceplas-ceplos. Tapi masih dibatasi dengan ujaran ini, agar berhati-hati berbicara bahkan jika kita menganggap yang lain salah. Kurasa Pak Ahok sudah bisa memetik contoh dari cara-cara Pak Jokowi yang adem itu.
Begitulah Pak Ahok, tak perlu kuperpanjang-panjang tulisan ini, semoga bermanfaat! Kalau ada waktu mampirlah ke Siborongborong, nikmati Ombus-ombus, atau pecal "Si Gomuk". Hehehe.
Salam tiga jari, Persatuan Indonesia.